Sunday, January 21, 2007

Kutunggu hijrahmu, ukhty ....

Memasuki tahun baru Hijriyah 1 Muharram kemaren, saya jadi inget beberapa hal yang sudah terjadi dalam hidup saya. Tepatnya 8 tahun lalu saya dilamar seseorang yang sekarang menjadi imam saya dan jundi-jundi. Huehuehuyyyy…. Perjalanan panjang sebagai mitra kerja, namun butuh waktu singkat untuk mengetahui, dialah sang 'soulmate'. Cerita masih bersambung….

Hal lain, adalah kehilangan kontak dengan teman kuliah saya. Punya nama yang hampir identik, tetapi ga pernah membuat kami berdua akur. Nama kita berdua sama-sama diawali Rini (hanya perbedaan ‘y’ dan ‘i’), diiringi nama lain Handry dan Indri. Hampir identik kan? Tapi, buat teman-teman dikampus, ada perbedaan yang mencolok yang bisa membuat mereka mengenali kami berdua. Saya dipanggil “Lulu” atawa Riny Bulu (saya terlihat seperti gorilla kali…) Rini yang satu lagi “Ribong” aka Rini Bongsor.

Pertemanan saya dan dia sangatlah biasa-biasa saja. Hanya satu orang yang membuat saya dan dia seperti karib sekali. Satu orang ini adalah sahabat sekaligus ‘ukhty fillah’ jika saya memanggilnya sekarang. Ukhty satu ini yang sebenarnya sangat dekat dengan Rini ini. kemana-mana berduaaaa aja. Kompak dalam segala hal, sepertinya sangat mengerti satu sama lain, saling curah-curahan hati, bahkan kalu salah satu ga ada, kampus rasanya ga lengkap (ya iyalahhh…absent satu orang gitu!!!). Saya? Pelengkap penderita? Tau deh! Yang jelas dikampus, kami malah banyak yang ngejulukin AB Three (karena kami bertiga sama-sama main band juga). Walopun, sebenarnya saya lebih mandiri, maksudnya banyak ga tergantung dengan mereka berdua, apapun saya jalani semampunya saya. Jatuh ya jatuh, bangun ya bangun. Lain soal dengan mereka berdua, kacang dan kulit dah! Bahkan Rini seperti sangat keberatan dan cemburu ketika saya dan ukhty kadang-kadang akrab dan memiliki hobi yang sama.

Dunia mereka berdua yang sedemikian indahnya, ternyata hanya yang saya lihat dari luar saja. Ini terbukti, ketika kami mulai memasuki dunia kerja. Karena idealisme yang ga mau bercape-cape merangkak dari bawah, mengingat ruginya otak yang hampir keriting karena debet kredit, Rini memilih tidak menerima pekerjaan yang kami (saya dan ukhty fillah) ambil waktu itu. Tapi, ternyata bukan sop buntut kalu akhirnya buntut-buntutnya Rini merasa Ukhty mengkhianatinya dengan memilih saya sebagai temen dipekerjaannya. Bagi saya ga masalah, karena kami sangat jarang ketemu lagi setelah masuk dunia kerja. Hanya mungkin perasaan ukhty yang gundah karena sahabatnya menyangka yang tidak-tidak.

Seiring waktu berlalu, seiring waktu yang mendewasakan kami, saya dan ukhty hingga sekarang sangat dekat. Walopun dipisahkan oleh pulau, komunikasi kami insha Allah tetap lancar, baik melalui sms ataupun email. Bagaimana dengan Rini? Saya pertama kali memulai komunikasi dengan dia lagi sekitar tahun 2000 (selese kuliah dan mule kerja tahun 1996). Empat tahun ternyata tidak pernah atau belum bisa merubah sifat teman saya satu ini. Dia adalah sosok yang sama seperti masa kuliah saya dulu. Kami bertiga kembali menjalin komunikasi lagi tahun 2000 itu, dan bertatap muka pada tahun 2003. Masing–masing membawa partner hidup. Selanjutnya? Komunikasi kami tetap lancar, hingga datang smsnya diakhir tahun untuk mengucapkan “Selamat Tahun Baru, 1 Januari...” kepada kami berdua, yang selalu kami jawab dengan kompak “sama-sama”. Sebaliknya, kami berdua pun selalu mengucapkan “Selamat Tahun Baru Hijriyah…”. Maka setiap 1 Muharram tiba, kami kompak mengirimkan sms ini padanya. Bukan mendahului, tapi memang dia tidak pernah mau tau tahun baru islam ini. Hasilnya? Tidak pernah dibalas satu sms pun dari kami. Hilang kontak! Karena apa? Sungguh kami tidak pernah tau. Hanya bisa merab-raba, apakah dakwah dan ucapan kami, yang mengajak dia untuk segera pindah (hijrah) berhijab yang dia anggap kelewatan. Entahlah. Who Knows?

Sampe sekarang, kami (saya dan ukhty) tetap menganggap dia adalah teman kami, seorang akhwat yang harus tetap disambangi dengan sms ataupun telpon (walopun tidak pernah dibales ataupun diangkat).

Saya yang banyak mempunyai sahabat (alhamdulillah), jadi berpikir, apakah ini hasilnya jika suatu hubungan pertemanan atau persahabatan diawali dengan niat ingin memanfaatkan sesuatu dari sahabat kita itu? Apakah bisa abadi sebuah persahabatan jika diawali dengan keinginan dan niat menjalin silaturahim dan hanya ingin ridha Allah SWT? Jawabnya tergantung pada setiap individu yang mengawali persahabatan itu sendiri.
Anyway, selamat tahun baru hijriyah, kutunggu hijrahmu, ukhty Rini...
ps: juga buat seorang sahabat dibenua lain, hayu atuh hijrah oge...diantosan

3 a little note:

Vina said...

*sigh* Emang ya Teh, cerita teteh membuktikan bahwa hidayah itu mahal & ga smua org bisa 'membeli' lantaran Allah memilih umat-Nya yang akan dikaruniai hidayah. Tapi saya pikir hidayah itu kan hasil, sementara Allah mencintai proses, jadi dalam pencarian hidayah pun begitu banyak campur tangan motiveasi manusianya sndr ya Teh. Wallahu'alam. Sabar ya Teh..

NurhayATI said...

Tul tuh Jeng "Innama'amalu bin niat"

Luky Ekowati said...

Mudah-mudahan Allah mengabulkan doamu ya Rien...