Ketakutan akan Tua
Saya tidak mau tua!
Benarkah? Kesannya egois sekali. Padahal tua akan dilewati dengan pasti oleh setiap makhluk bernyawa. Lalu kenapa tidak mau tua? Jelas-jelas ketuaan adalah hal yang pastinya tidak akan kita dapat tolak.
Iya, banyak yang mengatakan, mereka (kaum perempuan) takut akan ketuaan mendera nantinya. Ketuaan seperti momok mengerikan, hingga diciptakanlah berbagai macam produk, guna menyamarkan kerutan-kerutan wajah. Dari produk pemutih hingga penghilang flek. Dari produk menghaluskan kulit hingga mengencangkannya. Dari harga sekian hingga harga dua kian. Urusan wanita ya?
Saya tidak mau tua!
Mungkin perkataan seperti ini kemudian memacu beberapa pemikiran orang-orang dibalik penciptaan inovasi berbagai macam produk kecantikan. Dengan embel-embel wanita adalah keindahan tiada tara, maka patut diberi pelindung agar keindahan itu tetap terjaga dengan sempurna. Dengan embel-embel seperti itu maka lahirlah kata-kata ‘seni’ jika saja wanita mau saja dieksploitasi dengan hanya selembar benang pada dirinya. Seni darimana? Naudzubillah.
Saya tidak mau tua!
Tapi apakah bisa tidak tua, jika enggan dan tidak terbiasa menyentuh produk-produk yang telah dipersiapkan sedemikian rupa. Apakah bisa tidak keriput, kalau bedak pun masih bedak baby? Apakah bisa tetap mempesona, jika lipstick hanya sebagai pajangan –yang entah kemana sekarang- saja? Ummm…mari saya berpikir sebentar. Oya ya…pernah tahu cerita saya kan? Yang akhirnya untuk pertama kalinya membawa saya pada Top Post Indonesian Spiritual Blog? *jadi malu-malu meong*…
Tuh kan saya nggak pernah berubah. Kalau pada akhirnya ada postingan ini, itu karena saya mengalami lagi kejadian memalukan, ketika sedang berbicara dihadapan siswi-siswi SMP. Waktu itu tanpa dinyana-nyana mereka menanyakan umur saya, ketika menemukan kalimat spontan saya,
“Saya ini udah pernah menjalani usia seperti kalian, udah belasan tahun yang lalu”
lalu salah seorang dari mereka nyeletuk, “Mbak ini umurnya berapa sih? Kok pake kalimat belasan tahun ninggalin umur SMP?”
Saya sebutkan sejumlah angka, yang spontan membelalakan mata mereka. Ngga percaya? Kasian banget saya ya? Udah jujur, malah disangka bohong.
Lalu saya takut tua?
Sebenarnya bukan takut akan keriputnya, atau ciut nyali pada kendornya kulit-kulit yang dulu muda nan kencang, apalagi gentar dengan flek-flek hitam, menggurat keras pada wajah saya nantinya. Percaya deh, dari kecil saya sudah ditempa untuk tegar menghadapi segala sesuatunya. Terbiasa biasa saja menghadapi persoalan hidup, walau kadang melilit perih.
Tapi saya memang takut tua. Dalam arti, saya takut ketika tua dan umur semakin banyak dalam angka, berkurang dalam hal waktu, tapi masih dalam keadaan tidak sadar. Tidak sadar akan umur, tidak sadar akan banyaknya nikmat yang sudah DIA berikan, tidak sadar, tidak sadar …dan tidak sadar untuk selalu berusaha memperbaiki diri. Tidak sadar dengan terus saja melakukan hal yang merugikan, melakukan hal yang membuat orang lain kecewa.
Ya, saya tidak mau tua jika nanti hanya membuat saya tidak sadar…
Bagaimana dengan anda? Takut tua dengan versi apa?