Sister, I love you just because of GOD
Beberapa waktu yang lalu saya mendapat sebuah pesan singkat, dari seorang ukhti yang dekat banget dengan kehidupan saya, “I knocked heavens door last night. GOD asked: what can I do for you?, I said please love, protect and bless one who is reading this message. GOD smiled and replied…guaranteed”. Saya bengong! Dia tidak seperti biasanya menulis seperti ini kepada saya. Saya pun tidak langsung membalas apa yang dia kirim. Sebenarnya, saya bingung mau balas apa? Akhirnya, sedikit sore, dan sebelum berangkat liqo saya sempatkan membalas, “Syukron, anti tumben nulis beginian? Ada apa?” Lalu ia membalas, hanya sebagai penyemangat jalinan sayang antara kami.
Saya phobia sekali!
Jujur, bukan phobia yang saya rasakan, tapi saya tidak ingin kejadian setahun lalu terulang. Sepinya sebuah persahabatan, dengan hanya sekali-sekali berkirim kabar, dan hanya tercetus “Kangen euy, cerita-cerita dong! Tapi ntar ya, aku mau packing-packing dulu”. Almarhum dan saya selalu membalas setiap pesan singkat ataupun email dengan singkat. Padahal ketika salah satu memerlukan sesuatu, yang lain akan sigap bergerak. Ketika salah satu dari kami sakit, secara nggak sadar, menanyakan kabar lewat pesan singkat. Sepinya persahabatan hingga sebulan setelah ber ’say hai’ lewat email, dia pergi. Lalu bagimana dengan sahabat saya yang mengirim pesan singkat ini? Saya dan dia mulai pada tingkat kesibukan yang lumayan menguras waktu dan tenaga. Dia salah satu murrobiyah dan aktif dalam dewan. Saya juga mulai kasak-kusuk nulis dan kegiatan diluar. Jadi bisa dipastikan quantitas percakapan kami tidak sesering dulu.
Terdengar seperti menyesal akan kehilangan sesuatu?
Tidak ada yang perlu disesali. Setiap detik sebenarnya kita telah kehilangan banyak, termasuk sisa umur yang semakin sedikit, menyempit dan mengecil. Apa yang bisa dan sudah kita lakukan untuk membawa bekal kepergian nantinya. Sadar atau tidak, kita sudah berada pada jalur antrian yang pasti. Tiket keberangkatan pun sudah di approve! Dan nggak mungkin ada tiket untuk kembali lagi. “Seandainya Tuhan memberitahu dimanakah ujung dunia ini berakhir, pastilah segala bekal akan dipersiapkan. Namun terkadang, begitu pemurahnya DIA hingga kita tidak pernah sadar akan tanda-tanda yang diberikanNYA”.
Dalam kisah Kitab Irsyadul ‘bad lil Isti’dad li Yaumil Ma’ad karya Abdul Azis Muhammad Salman, Nabi Yaqub as. meminta kepada malaikat maut agar berkenan memberi tanda ketika ajalnya telah dekat, dan malaikat maut pun menyanggupi, berjanji akan mengutus dua atau tiga utusan. Hal ini tetap membuat Nabi Yaqub as gugup ketika malaikat maut datang lagi setelah beberapa waktu, sedang ia belum melihat satu pun utusannya. Beliau protes karena malaikat maut itu datang untuk mengunjunginya sekaligus mencabut ruhnya. Hingga dijawab oleh malaikat maut itu:
“Apakah kau tidak sadar, aku telah mengutus padamu tiga perkara dan engkau merasakan dan melihat dengan mata kepala sendiri akan perubahan yang terjadi pada dirimu? Bukankah rambutmu sebelumnya berwarna hitam, kemudian berubah menjadi beruban? Bukankah sebelumnya badanmu kuat dan kokoh, hingga akhirnya sekarang menjadi lemah dan loyo? Bukankah sebelumnya tulang tubuhmu lurus, kemudian berubah menjadi bungkuk? Maka ketahuilah, mereka adalah utusanku pada setiap anak Adam sebelum ajal menjemput.”
Saya phobia sekali!
Jujur, bukan phobia yang saya rasakan, tapi saya tidak ingin kejadian setahun lalu terulang. Sepinya sebuah persahabatan, dengan hanya sekali-sekali berkirim kabar, dan hanya tercetus “Kangen euy, cerita-cerita dong! Tapi ntar ya, aku mau packing-packing dulu”. Almarhum dan saya selalu membalas setiap pesan singkat ataupun email dengan singkat. Padahal ketika salah satu memerlukan sesuatu, yang lain akan sigap bergerak. Ketika salah satu dari kami sakit, secara nggak sadar, menanyakan kabar lewat pesan singkat. Sepinya persahabatan hingga sebulan setelah ber ’say hai’ lewat email, dia pergi. Lalu bagimana dengan sahabat saya yang mengirim pesan singkat ini? Saya dan dia mulai pada tingkat kesibukan yang lumayan menguras waktu dan tenaga. Dia salah satu murrobiyah dan aktif dalam dewan. Saya juga mulai kasak-kusuk nulis dan kegiatan diluar. Jadi bisa dipastikan quantitas percakapan kami tidak sesering dulu.
Terdengar seperti menyesal akan kehilangan sesuatu?
Tidak ada yang perlu disesali. Setiap detik sebenarnya kita telah kehilangan banyak, termasuk sisa umur yang semakin sedikit, menyempit dan mengecil. Apa yang bisa dan sudah kita lakukan untuk membawa bekal kepergian nantinya. Sadar atau tidak, kita sudah berada pada jalur antrian yang pasti. Tiket keberangkatan pun sudah di approve! Dan nggak mungkin ada tiket untuk kembali lagi. “Seandainya Tuhan memberitahu dimanakah ujung dunia ini berakhir, pastilah segala bekal akan dipersiapkan. Namun terkadang, begitu pemurahnya DIA hingga kita tidak pernah sadar akan tanda-tanda yang diberikanNYA”.
Dalam kisah Kitab Irsyadul ‘bad lil Isti’dad li Yaumil Ma’ad karya Abdul Azis Muhammad Salman, Nabi Yaqub as. meminta kepada malaikat maut agar berkenan memberi tanda ketika ajalnya telah dekat, dan malaikat maut pun menyanggupi, berjanji akan mengutus dua atau tiga utusan. Hal ini tetap membuat Nabi Yaqub as gugup ketika malaikat maut datang lagi setelah beberapa waktu, sedang ia belum melihat satu pun utusannya. Beliau protes karena malaikat maut itu datang untuk mengunjunginya sekaligus mencabut ruhnya. Hingga dijawab oleh malaikat maut itu:
“Apakah kau tidak sadar, aku telah mengutus padamu tiga perkara dan engkau merasakan dan melihat dengan mata kepala sendiri akan perubahan yang terjadi pada dirimu? Bukankah rambutmu sebelumnya berwarna hitam, kemudian berubah menjadi beruban? Bukankah sebelumnya badanmu kuat dan kokoh, hingga akhirnya sekarang menjadi lemah dan loyo? Bukankah sebelumnya tulang tubuhmu lurus, kemudian berubah menjadi bungkuk? Maka ketahuilah, mereka adalah utusanku pada setiap anak Adam sebelum ajal menjemput.”
Rasulullah bersabda, "Tidak beriman seseorang sampai ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri." Untuk itu, saya katakan pada semua teman serta sahabat terkasih, jangan ada satu pun keraguan di hati, untuk mengungkapkan perasaan kasih dan sayang kita pada sahabat kita, sekecil apapun itu. Dan, jika tidak ada yang tersampaikan, jadikanlah sebagai pelajaran untuk tidak ada lagi kata sesal, sekecil apapun itu.
My sister,
Jangan kelu untuk sebuah salam
Jangan kelu untuk sebuah kabar
Jangan kelu untuk sebuah tanya
Jangan pernah kelu untuk sebuah ikatan kasih
My sister,
Punggungku membawa keluhmu
Tanganku mengusap airmatamu
Senyumku menghapus perihmu
Hatiku terbuka untuk setiap lukamu
…terlebih pada bahagiamu…
sejauh apapun langkahmu dariku
just believe in your heart
that I always try to stay closed besides you
I always hold your hand
I always wipe your tears
I always try to feel for what yours
You should know that I care and love you just because of GOD
in memoriam, jelang setahun teman, sahabat, saudara, Anna Siti Herdiyanti. Uhibbuki fillah ya ukhti.