Monday, January 29, 2007

Dear, Son of Mine

You are still so young, but the sparkle in your eye
Believe in yourself and know that Allah will protect you
You are my son, you are my love
Remember, you are a Jundi, a son of mine, so stand strong! - Rajnarind Kaur-



Friday, January 26, 2007

Asma vs Reg Hepi kirim ke....


Sehat itu mahal! Karena jika tidak sehat, hidup menjadi ga berirama, tanpa gairah, tanpa rhythm. Yea!!! Saya terkapar untuk kesekian kali, karena tidak mempedulikan rumus untuk tetap stay dengan yang namanya sehat. Yang hebatnya lagi, Ziyad ikut sakit. Huwaaaaa… lengkaplah saya dengan predikat sebagai ibu. Dengan nafas seperti yang baru lari berkilo-kilo meter, masih tetap harus kuat meladeni Ziyad yang selalu minta gendong. Seperti yang saya kutip (ya…saya emang suka mengutip…) dari Esta. Member of We are Mommies, "To be a married woman, a mother, is about give up the whole u, it’s about fighting and giving up ur ego".

Disela-sela kesibukkan bermain-main dengan yang namanya nafas pendek, sms dari telpon selular saya berbunyi aja. Seraya orang penting, saya cuekin ajah. Saya toh ga bisa ngapa-ngapin. Maaaapppp!! Tapi, entah deh, doyan atau emang perlu, teuteubbb aja nada sms dari telpon itu berbunyi lagi. Okay! Let’s see …. Mmmm…sms pertama tentang program yang harus saya jadwal, kedua tentang program tadabur alam komite sekolah sabtu ini, ketiga…program lagi? Wadohhhh…. Saya serasa tukang pikul, semua jadi diserahin ke pundak saya. *sigh*…eitsss…liat pulsa dulu deh, okay, masih Rp. 4076…masih cukuplah untuk menjawab, tapi…entar aja deh. (hal yang tidak baik, menunda satu pekerjaan)

Menjelang siang,…datang sms lagi, dan saya masih terbaring lemes, dengan bantal yang menggunung (obat asma selain obat semprot adalah menumpuk beberapa bantal untuk ganjalan punggung). Tritttt, waksss…bunyi lagi? Ok..ok…akan saya balas lah kalu begitu. Sedang asyik ketak ketik, dengan wajah polos mode on, Jihad sante mengeluarkan kalimat ini :

“Mi, Jihad sudah ketik reg spasi hepi kirim ke 9090, biar Ummi dan ade bisa super hepi, hebat kan Jihad, Mi? pasti nanti Ummi ketawa-ketiwi!”
“Hooooo….”
Buru-buru saya cek pulsa, dan emang bener, pulsa saya tersulap menjadi Rp. 76. tidak lebih!!!

Sekarang? Apakah saya hepi? Sebenarnya hepi, setidaknya Jihad berusaha membuat saya tertawa dengan cara yang konyol (terima kasih nak!!!). Tapi, mengenai pentingnya membales sms yang bertubi-tubi masuk dan karena saya males beli pulsa keluar ditambah inet banking yang tidak mungkin dipake, I'm not happy at all...

Entahlah!!! Yang jelas ini bukan hasil dari homescholling yang saya terapkan sejak Jihad berumur dua tahun. Ini adalah akibat iklan-iklan yang tidak menulis “BIAYA SETIAP SMS RP.2000+ppn” dengan huruf-huruf yang sangat besar seperti yang saya tulis ini.


Sunday, January 21, 2007

Kutunggu hijrahmu, ukhty ....

Memasuki tahun baru Hijriyah 1 Muharram kemaren, saya jadi inget beberapa hal yang sudah terjadi dalam hidup saya. Tepatnya 8 tahun lalu saya dilamar seseorang yang sekarang menjadi imam saya dan jundi-jundi. Huehuehuyyyy…. Perjalanan panjang sebagai mitra kerja, namun butuh waktu singkat untuk mengetahui, dialah sang 'soulmate'. Cerita masih bersambung….

Hal lain, adalah kehilangan kontak dengan teman kuliah saya. Punya nama yang hampir identik, tetapi ga pernah membuat kami berdua akur. Nama kita berdua sama-sama diawali Rini (hanya perbedaan ‘y’ dan ‘i’), diiringi nama lain Handry dan Indri. Hampir identik kan? Tapi, buat teman-teman dikampus, ada perbedaan yang mencolok yang bisa membuat mereka mengenali kami berdua. Saya dipanggil “Lulu” atawa Riny Bulu (saya terlihat seperti gorilla kali…) Rini yang satu lagi “Ribong” aka Rini Bongsor.

Pertemanan saya dan dia sangatlah biasa-biasa saja. Hanya satu orang yang membuat saya dan dia seperti karib sekali. Satu orang ini adalah sahabat sekaligus ‘ukhty fillah’ jika saya memanggilnya sekarang. Ukhty satu ini yang sebenarnya sangat dekat dengan Rini ini. kemana-mana berduaaaa aja. Kompak dalam segala hal, sepertinya sangat mengerti satu sama lain, saling curah-curahan hati, bahkan kalu salah satu ga ada, kampus rasanya ga lengkap (ya iyalahhh…absent satu orang gitu!!!). Saya? Pelengkap penderita? Tau deh! Yang jelas dikampus, kami malah banyak yang ngejulukin AB Three (karena kami bertiga sama-sama main band juga). Walopun, sebenarnya saya lebih mandiri, maksudnya banyak ga tergantung dengan mereka berdua, apapun saya jalani semampunya saya. Jatuh ya jatuh, bangun ya bangun. Lain soal dengan mereka berdua, kacang dan kulit dah! Bahkan Rini seperti sangat keberatan dan cemburu ketika saya dan ukhty kadang-kadang akrab dan memiliki hobi yang sama.

Dunia mereka berdua yang sedemikian indahnya, ternyata hanya yang saya lihat dari luar saja. Ini terbukti, ketika kami mulai memasuki dunia kerja. Karena idealisme yang ga mau bercape-cape merangkak dari bawah, mengingat ruginya otak yang hampir keriting karena debet kredit, Rini memilih tidak menerima pekerjaan yang kami (saya dan ukhty fillah) ambil waktu itu. Tapi, ternyata bukan sop buntut kalu akhirnya buntut-buntutnya Rini merasa Ukhty mengkhianatinya dengan memilih saya sebagai temen dipekerjaannya. Bagi saya ga masalah, karena kami sangat jarang ketemu lagi setelah masuk dunia kerja. Hanya mungkin perasaan ukhty yang gundah karena sahabatnya menyangka yang tidak-tidak.

Seiring waktu berlalu, seiring waktu yang mendewasakan kami, saya dan ukhty hingga sekarang sangat dekat. Walopun dipisahkan oleh pulau, komunikasi kami insha Allah tetap lancar, baik melalui sms ataupun email. Bagaimana dengan Rini? Saya pertama kali memulai komunikasi dengan dia lagi sekitar tahun 2000 (selese kuliah dan mule kerja tahun 1996). Empat tahun ternyata tidak pernah atau belum bisa merubah sifat teman saya satu ini. Dia adalah sosok yang sama seperti masa kuliah saya dulu. Kami bertiga kembali menjalin komunikasi lagi tahun 2000 itu, dan bertatap muka pada tahun 2003. Masing–masing membawa partner hidup. Selanjutnya? Komunikasi kami tetap lancar, hingga datang smsnya diakhir tahun untuk mengucapkan “Selamat Tahun Baru, 1 Januari...” kepada kami berdua, yang selalu kami jawab dengan kompak “sama-sama”. Sebaliknya, kami berdua pun selalu mengucapkan “Selamat Tahun Baru Hijriyah…”. Maka setiap 1 Muharram tiba, kami kompak mengirimkan sms ini padanya. Bukan mendahului, tapi memang dia tidak pernah mau tau tahun baru islam ini. Hasilnya? Tidak pernah dibalas satu sms pun dari kami. Hilang kontak! Karena apa? Sungguh kami tidak pernah tau. Hanya bisa merab-raba, apakah dakwah dan ucapan kami, yang mengajak dia untuk segera pindah (hijrah) berhijab yang dia anggap kelewatan. Entahlah. Who Knows?

Sampe sekarang, kami (saya dan ukhty) tetap menganggap dia adalah teman kami, seorang akhwat yang harus tetap disambangi dengan sms ataupun telpon (walopun tidak pernah dibales ataupun diangkat).

Saya yang banyak mempunyai sahabat (alhamdulillah), jadi berpikir, apakah ini hasilnya jika suatu hubungan pertemanan atau persahabatan diawali dengan niat ingin memanfaatkan sesuatu dari sahabat kita itu? Apakah bisa abadi sebuah persahabatan jika diawali dengan keinginan dan niat menjalin silaturahim dan hanya ingin ridha Allah SWT? Jawabnya tergantung pada setiap individu yang mengawali persahabatan itu sendiri.
Anyway, selamat tahun baru hijriyah, kutunggu hijrahmu, ukhty Rini...
ps: juga buat seorang sahabat dibenua lain, hayu atuh hijrah oge...diantosan

Friday, January 19, 2007

Bakwan yang memang malang!

Menu dicuaca yang dingin gini enaknya makan bakso atau mie ayam kali ya? Tapi males banget mo keluar, jadi mari mari kita bikin ajah, dan taraaaa…semangkok bakso bola udang siap dilahap. Mau resepnya? Silahkan kunjungi saya di dapur ini ya…

Inget kata-kata bakso, saya jadi inget doyannya kami sekeluarga nongkrong di “Bakwan ....” yang klu disangatta tuh suka penuh ajah. Emang niat pengen makan, ya tetep aja ditaklukkan kata-kata ‘penuh’ itu. Biasanya ini warung, mule buka dari jam 4 sore sampe jam 10 malam. Tapi, karena emang banyak yang doyan, jam setengah sembilan malem tuh udah habis aja.

Dan, …waktu itu, ….biasalah,…. keluarga tukang makan ini, kembali menyambangi warung ini. Setelah selese pesen-pesen dengan special permintaan (misalnya: saya cuma tahu doang, atau saya cuma pangsit isi doang…atau..bla…bla…), duduklah kami dengan manis. Ga lama, pesenan datang, wahhh…terbit air liur, karena dari rumah udah dipersiapkan untuk ga makan. Udah deh, kita makan sambil nambah-nambah, ya nambah teh botol lah, ya nambah sambel lah, ya inilah… Tiba-tiba, my lovely older son, Jihad, jerit kecil (ga menggelegar deh jeritnya ) “Miii,…ada tikus tuh, dikotak mie’nya!!!” Saya celingukan, kotak mana maksudnya sih!!! Karena saya geli banget denger kata ‘tikus’. Jihad yang ngeliat saya dan Abi tetep celingukan, tiba-tiba menjerit kecil lagi “Ituuuuu…didepan, ditempat mie abang-abang yg jualll!!” Halahhh…saya menatap kedalam box mie (doh…saya bilangnya apa ya, itu loh counter yang biasanya ada bakso, pangsit, mie, dan biasanya si abang tinggal nyomotin gitu), bertengger dengan manis, tikus kecil yang lagi cengak cengok sambil makan mienya si abang. Wakkksssss!!! Saya ga pingsan, cuma keringat dingin, kita langsung ngasi tau si abang yg jual “Bang, itu ada tikus ditempat mie’nya!!” Abangnya kedepan sambil ngusir tikus, terus duduk lagi sambil mesem-mesem. Hwaaaaaa…segitu santenya dia terhadap masalah seperti ini. Ini masalah pelik loh Bang. *Sigh*

Itu terakhir kalinya saya makan disitu. Ga lagi dahhh!!! Gila apa? Sudah jelas-jelas, yang jualan berteman dengan tikus, kita harus menutup mata untuk realita ini? No way jose!!! Lebih baik saya berpegel ria, banting tulang bikin makanan seperti ini, daripada harus rebutan dengan makhluk yang namanya tikus. Noooo!!!! Lagian masih banyak tempat nongkrong, jajan, makan yang lebih bersih, asyik dan ga kalah pamor sama ‘bakwan…’ ini.

Pesan moralnya : Pertama, jangan pernah berteman dengan tikus!. Kedua, jangan terlalu sering mengandalkan untuk jajan diluar kalu memang fasilitasnya ga seaman seperti itu. Dan buat tukang jajan, tukang makan, tukang kue seperti saya ini, menjadi pemicu semangat (bukan semangat saingan nampilin tikus juga di oven saya, hiyyy…) untuk lebih mementingkan kebersihan dan kenyamanan pelanggan.

Thursday, January 18, 2007

Don't be pretending, Mom!


Karunia dan anugerah yang selalu saya syukuri adalah karena Allah telah memandatkan amanah-NYA kepada saya berupa jundi-jundi. Kedua makhluk Allah itu selalu bisa berhasil mencuri perhatian saya walo sekecil apapun. Bahkan mereka mampu membuat saya selalu berusaha mengerti dan memahami mereka meski seberat apapun jalur yang harus saya tempuh.

Kemampuan saya mengerti dan memahami juga otodidak saya dapatkan. Didukung beberapa literature, baik yang harus saya beli ataupun literature yang berjalan (baca=diskusi dan dapat ilmu dari para orang tua lain). Semakin banyak yang digali semakin banyak keunikan mereka. Semakin banyak ilmu yang saya dapat semakin banyak tantangan yang harus saya alami. Wajar dan sangat normal!

Hal mendasar dalam membimbing mereka adalah mengenalkan siapa SANG PENGUASA HIDUP, mencintai rumah ibadah, mengenalkan sopan santun, dan hal-2 lainnya. Susah-susah gampang dalam penerapannya. Bayangkan saja! Kalu dulu sampe sekarang saya dengan merdekanya mengutak-atik database tanpa pernah dilawan. Sekarang? Yang saya utak-atik bisa bawel, cerewet, berteriak, menangis, mencubit, dan berbagai tingkah yang mereka ciptakan. Sejak dalam kandungan malah sudah saya rasakan mereka akan seperti ini. Sejak kecil juga, mereka saya kenalkan dengan bagaimana harus sigap ketika mendengar adzan. Alhamdulillah yang tak terkira dan tak bertepi, A’a dan ade (yang belum genap 2thn), sudah rapi jali untuk segera berlari-larian kemesjid begitu masuk waktu sholat.

Tapi, kemaren siang, adalah kejadian memilukan bagi diri saya yang fana ini. Waktu mau bobo siang, ade jejeritan dan bertingkah sangat ekspresif, mungkin yang hanya diotaknya maen mulu. Saya yang lagi sleepy karena obat sinus (saya beberapa hari ini terkapar diserang penyakit yang sudah menjadi sahabat saya:(), juga bingung mo diapain ni bocah?

“Endonggg amiiii!!!”
Saya diam seribu bahasa. Cara aman, saya tinggalin ade. Karena, sepertinya ade sudah tau kelemahan saya, yang pasti mau gendong klu liat dia jejeritan. Dan ….Teuteuubbb..
“Endongggg amiiii!!! Endong ade amiiii!!!” (Gendong ade, ummi)
A’a juga berusaha menenangkan ade dengan nasehatin gaya anak kecil. Ade diem sambil manggut-manggut didepan A’a. Tenanggg…pikir saya nih!..Tapi…beberapa menit kemudian…
“Endongggg amiiii!!!”
Watawwww….napa ni bocah yak? Saya dengan gaya mau mencubit, menghampiri paha ade dengan pura-pura mites (hayahhh…apa tuh mites??). Tiba-2, A’a dan ade nangis bareng. Tahhh…jadi koor geura! Yang A’a tersedu sedan, tapi ade tetep pake full volume. Dan, beberapa detik kemudian ade diem terus meluk saya sambil “Unun syusyu ami” (Minum susu, ummi). Ok boy! Sementara saya liat A’a masih diem dengan wajah pilu.

“Kenapa A’? koq ikut nangis?”
“Ga apa Mi”
“Cerita dong ke Mi, kali Mi bisa Bantu”
“A’a sedih, liat Ummi cubit Ade. Ummi ga boleh gitu, kasian Ade” terus nomprok saya sambil nangis.

Ya Allah. Yang Maha Memiliki dan Mengenggam hati saya. Terima kasih. Alhamdulillah. Kau berikan amanah yang tak ternilai buat saya. Saya sekarang yang merasa dicubit sama Allah. Padahal, aslinya tadi saya tuh cuman pura-pura nyubit, tapi salah satu dari mereka ‘keberatan’ akan kepura-pura’an saya.

Ini juga sebagai cermin buat saya. Dari seorang anak kecil yang baru berumur 6.5 tahun itu saya diberi pelajaran. Allah masih sayang sama saya, dan saya tidak patut untuk berpura-pura dalam hal kejelekan (cireumbeuy ayeuna…ada aliran sungai kecil dimata saya…)
"Don't you wish there was a book for Mom that showed her how tobe a perfect parent! Well ... I'm sorry to say ...there isn't one!" - Dale

Wednesday, January 17, 2007

Penampakan di Sangatta







Kemaren malam seperti biasa, sangatta dibikin kecewa sama PLN lagi. Tiba-tiba, listrik mati, dari sore sampe malam. Arrrgggghhh…PLN, once again, you let me down!!!

Tapi ada sesuatu yang menarik dari ketidak ada’an listrik ini. dan moment ini sungguh bikin mata saya geli (baca:bukan kelilipan). Coba deh perhatikan fhoto dibawah ini.



Mereka seakan-akan laron raksasa yang sedang mencari cahaya sinar untuk tetep survive. Saya jauhkan dari emergency lamp itu juga, mereka keukeuh tetep balik lagi dan menatap saya dengan pandangan nanar. Ok, Laron kembar, you can stand beside the lamp, but please...show me who you are. Saya sedikit maksa. Sedikit menceuceur. Dan….voilaaaa…ini dia. Penampakan yang bisa saya paksa untuk menampakan diri mereka yang sesungguhnya. Gotcha!!!


( Si Laron kembar)


Penampakan lain? Subhanallah. Ini adalah pasukan soldier yang siap mencari udara bebas sesaat, mencari sedikit nutrisi, dan jika air kembali menghampiri, mereka akan berpencar mencari perlindungan yang lebih tinggi. Bahkan mungkin diantara mereka akan dihempas ombak dan kemudian tidak akan pernah bertemu dengan soldier lain. Pasukan kepiting ini, akan keluar pada siang hari, sekitar jam dua belas sampe jam dua sore. Lagi terik-teriknya matahari.

(pasukan kepiting at aquatic beach in Sangatta)
Sungguh Maha Karya yang indah bagi saya dari SANG CREATOR. ALLAH SWT.

Monday, January 15, 2007

First time Life in Site (Mangkajang-Berau)



Sangatta lagi basah diguyur hujan. Brrrrrr...sebelum ngadongeng, mangga atuh ditampi sepotong gateau africain ala saya (keinget neng pengen gateau ini) dan secangkir capucino. doh...doh...nikmatnya, lupa sama diet!!!





Banyak tempat yang bisa dipilih, untuk hidup, survive, dan tentunya yang sesuai dengan harapan kita. Sama juga dengan pilihan saya dan abi ketika memutuskan site sangatta untuk tempat tinggal, membesarkan anak-anak, dll, dlsb.

Bagi saya pribadi ini juga bukan pertama kalinya saya harus tinggal disite. Tahun 1997, selesai kuliah dan permasalahan dengan 'cinta salah tempat'...wakakakkk, saya langsung melanglang buana menembus hutan, yang waktu itu perempuannya bisa dihitung dengan jari. Takut? Gentar? Itu bukan yang saya alami, justru malah orang tua saya yang merasakannya. Anak sulungnya yang tercinta mesti jauh-jauh kehutan cuma demi satu pekerjaan ...ck...ck...ck. Tapi bagi saya, inilah pengalaman yang ga pernah saya lupa. Pertama kali tinggal dihutan malah banyak membawa berkah dan pengalaman yang terbaik pada diri saya. Dan yang terpenting saya bisa lebih toleransi dengan orang-orang disekeliling saya.

Kegiatan disite, tentu aja jauh berbeda jika tinggal dikota atau dekat dengan peradaban. Seperti langit dan bumi saking jauhnya. Siang berganti malam, malam berganti siang, seperti bukan 24 jam tapi setengahnya :P. Kebanyakan hal seperti ini yang membuat bosan. Bayangkan aja. Setelah senin sampai dengan jumat berkutat dengan banyak kerjaan, terus sabtu minggu mau kemana lagi? Selain … kekantor lagi!!! Tapi disinilah bagi saya letak seninya. Sabtu minggu saya justru senang menghabiskan waktu kongkow-kongkow bareng teman asrama. Yah walaupun sekedar ngobrol sambil makan kue coklat dan secangkir milo, atau rame-rame membersihkan kamar, atau jogging pagi harinya melewati tower-tower, bleaching section, water treatment, pulp kilm section, sampai area cafeteria yang dipenuhi dominannya kaum adam semua. Ga ada kan selama ini, orang lari pagi ngelewatin pabrik yang mengepulkan uap yang katanya seperti bau dollar?. Dan itu cuma saya temukan disitenya Berau, Mangkajang.

Kalu malam? Ya gitu deh…lagi-lagi, mau kemana? Sama aja kegiatannya seperti siang hari. Yah ngerumpi, makan lagi, ngemil lagi, atau tahsin rame-rame. Semakin malam? Baru deh kerasanya disini nih, saya kadang menerawang ngeliat keluar jendela kamar, bukan pemandangan menyejukkan mata, tapi justru kepulan asap dari pabrik, atau bunyi-2an khas pabrik. Saya malah ngerasa di ‘buang’ tuh pada malam hari. Jauh amat yak, demi mewujudkan idealisme saya untuk hidup mandiri. Mesti masuk site yang banyak menuntut diri untuk lebih sabar, disiplin dan survive. ‘Sabarnya’ juga harus nular ke orang-orang rumah yang tinggal dikota, karena telpon kadang hanya bisa seminggu sekali, bahkan dua minggu sekali. Bukan apa-apa, tempatnya itu loh jauh. Telinga saya harus belajar kebal juga kalu ibu ngomel-ngomel :” Ko, baru nelpon sekarang sih Neng, ga tau apa ibu tuh kepikiran terus sama kamu, kangen lagi!!!”…”Yaaa ibu, maaf atuh, untuk nelpon ini ajah saya harus pake gaya preman site minta dianter sama supir bus, klu jalan kaki jauh sekali, bisa-bisa kaki saya melebihi talas bogor yeuh!!” so maklum ajah. Transportasi? Kalu cuti dan harus back to city sangat remote alias jalan satu-satunya adalah naik spead boat jam 5 pagi, dan pesawat berangkat kadang sampe jam 12 siang. Kendaraan ke kantor, ya mesti nunggu bis karyawan, bercampur baur dengan pekerja pabrik. Alamakkk!!!!

Dua tahun saya lewati kehidupan disite, yang sampai sekarang tetap bikin kangen saya. Dua tahun saya bergulat dengan seabreg kerjaan kantor, nguplek, ngebanting database, yang refreshingnya dengan hanya bersih-bersih kamar, melamun sambil dengerin David Foster atau Crowded House. Seorang lelaki penyelamat saya mengulurkan tangannya untuk membawa saya keluar site. Bukan karena dia, saya dituntut keluar dari site dan pekerjaan saya. Tapi lebih kepada komitmen saya sendiri. Saya ga mungkin tinggal disite lagi. Pekerjaan menantang ada dihadapan saat itu. Menjadi istri dan Ummi dari jundi-jundi saya nantinya.

Saturday, January 13, 2007

Cinta salah tempat

“Aku ragu ada dan tiadaku.
Namun cinta mengagumkan: Aku ada!”
-Muhammad Iqbal-

Sepenggal kalimat diatas saya sadur dari buku yang akhir-akhir ini saya baca. Buku-buku karya Habiburrahman El Shirazy, atau kang Abik, penulis the fenomenal book “Ayat-Ayat Cinta”. Salah satu novel mininya yang berjudul Pudarnya Pesona Cleopatra, bisa membuat saya terhanyut dan menangis. Uraian cerita dan kata-kata kang Abik dalam menggambarkan masing-masing karakter dari tokoh-2nya sangat lugas dan berkesan bagi saya pribadi. Recommended bagi penggila buku tentang psikologi islam.

Kembali menerawang ke masa lalu, masa-masa dimana saya berjuang dan berkutat dengan setumpuk tugas kuliah dan pratikum didalam ruangan perdebet dan perkreditan. Ada satu cerita yang kalu saya ingat bisa membuat saya tersenyum geli. Kenapa bisa terjadi pada saya? Secara tidak langsung menjadi orang ketiga dalam sebuah hubungan, yang benar-benar saya tidak ketahui (baca: saking lugunya).

Memasuki tingkat akhir, kami (para mahasiswa) sedikit lega karena salah satu dosen kami yang juga kepala jurusan, profilenya sangat baik, ramah, dan tampang pelawak. Ini jelas bisa memberi semangat kepada orang-orang stres ditingkat akhir. Saking ramah dan baiknya, saya juga teman-2 biasa becanda, ngobrol bahkan olok-2an sama dosen satu ini (sebatas wajar). Cara beliau mengajar juga sangat santai seolah tidak mau membebani para mahasisiwa yang sudah ditumpuk dengan materi skripsi.

Sampe suatu hari, saya ngerasa si dosen terlalu baik dan selalu ada waktu buat saya. Bahkan belio memberi saya Doli (dosen wali) yaitu orang yang saya sangat kenal. Istrinya sendiri. Semakin sering berkonsultasi, semakin sering saya nongkrong dirumahnya untuk bertemu dengan istrinya bahkan sekalian diskusi dengan beliau. Malaikat memang ada! Karena skripsi saya termasuk yang njelimet, beberapa kali harus ganti judul, dan beberapa kali harus mandeg dalam penulisan karena saya selalu tiba-2 have no idea mo nulis apa. Atau bahkan belio mau dan selalu open ketika saya minta tolong untuk mengoreksi skripsi saya, juga jauh-2 datang kerumah saya lengkap dengan teknisi untuk memperbaiki komputer saya yang selalu ngadat. Pokoknya, belio banyak mendukung saya.

Dari perjalanan awal tingkat akhir hingga wisuda, belio dipuji-puji oleh para mahasiswa. Dalam hati, saya bangga juga, karena saya termasuk orang yang banyak dibantu oleh belio. Tapi…perasaan bangga berubah aneh ketika tiba waktu belio harus berangkat ke Australia untuk pelatihan, hanya saya yang belio telpon. Ketika mau berangkat, transit di Bali, hingga sampe di Aussie. Tambah aneh, ketika saya ceritakan dengan teman-teman, mereka semua pada ngakak dan bilang “Lugu sekali dirimu Nengggg” Apanya yang lugu?

Ternyata oh ternyata…. Oh tidakkk!!! Sang dosen naksir berat dan berniat memperistri saya ketika selesai pelatihan. Masya Allah! Ga salah pakkk!!!

Sebuah mimpi buruk sekali. Saya selama ini begitu bangga akan kebaikan blio, ternyata tetap ada udang dibalik rempeyek yang blio sodorkan ke saya. Mau ditaruh dimana muka saya, ketika berpapasan dengan istri dan ketiga anaknya yang masih kecil. Ditambah cerita yang dibawa oleh sahabat saya yang selesai kuliah di Aussie, bahwa poto saya segede dinding ada dikamar yang pernah ditempati oleh dosen saya itu selama di Aussie. Ditambahkan cerita induk semangnya yang orang jepang, ketika itu dia bilang kesahabat saya itu “Have u seen that picture in …’s room? She'll be a younger wife of him. How dare!!” laaaa…darimana datangnya alkisah madam…. Ternyata selama ini, sang dosen cerita bahwa saya (yang ada dipoto dikamar dia) adalah calon istri mudanya. Wakkksssss…..saya merinding ngeri dan….*pingsan*

Sejak itu, saya ga pernah ketemu atau berusaha bertemu dengan blio yang mengalami puber keduanya terhadap saya. Saya masih ‘gelo’ jika harus berhadapan dengan blio sambil memori jaman dulu menari-nari didalam pikiran saya.

Susah mendapatkan orang yang tulus mendampingi dan menolong kita. Tapi tetap ga dipungkiri, saya juga banyak bertemu dengan orang-orang yang setia dan mampu memberikan perhatian tanpa embel-embel apa pun. Dan cinta itu memang karunia yang indah yang Allah anugerahkan pada kita, makhlukNYA. Cinta juga bisa merubah segalanya bisa berubah. Tapi, cinta juga bisa salah diperlakukan oleh kita, sebagai penerima anugerah cinta.

Dalam hal ini, merujuk karya Muhammad Iqbal: Namun cinta mengagumkan:Aku ada!”….Dan...Aku ada antara dia dan dia…(iseng saya nambahin)

Thursday, January 11, 2007

Too much jutek will kill you!


Saya tuh tipenya suka mencari teman dan hepi kalu ada seseorang yang mau berteman dengan saya. Walopun kalu liat saya secara langsung, banyak yang bilang saya tuh juteklah, susah senyum lah. Tapiii, dilubuk hati paling dalam, insyaAllah saya tidak sejutek tampang saya. Ngomong-ngomong tentang teman, jangan kira mencari teman itu segampang kita membalik telapak tangan. Seperti kata sahabat saya almarhumah Inong (jadi kangen Nong…), bermacam-macam tipe seorang sahabat atau seorang teman.
Seringnya saya mencari teman, bisa membuat saya kesepian kalu sehari aja ga ngobrol dengan teman-2 saya tersebut. Walopun jarak yang terbentang, tapi komunikasi diusahakan tetap lancar dan ga putus.

Kemaren nih, saya merasakan ‘kesel banget’ yang saya rasa-rasa ko kesel sekaliii. Kemaren sore, waktu untuk leyeh-leyeh setelah bercape ria dengan pesenan lagi, saya ‘buzz’ temen saya yang lagi online. Udah deh, kita ngobrol-ngobrol dikit. Yang sedikit dari obrolan kami:

Temen : “btw, sekarang aq lagi chat juga dgn teman disangatta”
Temen : “jgn2 kenal nieh”
Saya : “Siapa? Hayu…saya perlu temen lebih dari yang lain” (maksute saya pengen nambah temen diperantauan ini)
Temen : “Namanya…mail accountnya….
Temen : “Dia juga sama alumnus…dan lagi ol”
Terus…terus…ngobrol dikit, dan udahan.

Nah…niat saya yang pengen punya banyak temen didaerah perantauan ini, coba kirim email ke’temennya’ temen saya tadi, dengan sapaan seperti ini :
Message saya :Haluuu…saya disangatta juga loh…

lalu click send….tunggu deh, sambil ngerjain laporan. Lalu pop up nih ada message masuk yang isinya :

So What? Tau darimana email saya ya...

Wakkkssss…ko serasa seleb ya dia? Yang dengan juteknya bilang so What?. Udah deh saya bales lagi messagenya :

So What? Sorry klu kurang berkenan ya. Saya seneng berteman, saya juga alumnus…dan saya baru disangatta. I just drop u a line

*Sigh* Keuheul dehhh!!! Bukan orang kali dia!!!

Coba itu! Saya kan cuma pengen berteman. Kalu saya ngajak berantem, boleh deh dia bilang gitu. Tapi, saya ga bisa juga nyalahin dia atau maki-2, atau mengumpat atau ngatain…(cuma inta yang tau…wakakakakk), mungkin memang dia tipe orang yang tidak perlu “TEMEN”. Atau mungkin dia ga tau artinya “SO WHAT”, atau mungkin dia bukanlah tipe orang yang selalu ingin berbuat kebaikan, walopun untuk berkata-kata yang baik. Who knows?

So, buat kita-kita yang sadar, yang ga pingsan, yang masih perlu orang lain untuk berbagi, sebaiknya menjaga lidah hatinya, karena kata-kata orang bijak:
“Memang lidah tak bertulang, karena lidah badan binasa”…Lidah? Mulut lagi…
Selama nyawa masih diraga, berbuatlah kebaikan, karena itulah yang akan membawa damai di alam kekal nantinya, ya kan Mah?
Jadi temans, too much jutek will kill you...aliyas ga punya banyak temen!!!

Wednesday, January 10, 2007

Tetangga...oh Tetangga...



Kehidupan bertetangga ga cuma baru kali ini saya jalani. Sejak kecil yang namanya tetangga udah bukan hal asing. Malah saya diajarkan bahwa tetangga adalah sodara terdekat kita. Kenapa demikian? Karena kalu ada apa-apa, yang paling cepet dihubungi dan memberikan pertolongan kan tetangga.

Sewaktu kecil, saya tinggal dikomplek yang tetangganya cuma 2 rumah. Tenang damai, walopun ada aja kejadian tidak mengenakan. Tapi saya anggap no problema. Mungkin karena saya masih kecil kali ya.
Kemudian, tetangga asrama di tempat kerja saya yang wahhh…ga ngenakin. Suka muter kaset keras banget. Kadang jedak jeduk ga karuan. Saya bales muter kaset yang keras, eh…malah pintu kamar saya diketuk, “Tolong ya, muter kaset jangan keras-keras!” arrrghhh…emang enak!!! Pilihan terakhir saya, pindah kamar deh,…beres!!!

Tetangga berikutnya adalah ketika tinggal dikomplek Pejaten. No problemo at all. Bahkan kami suka berakrab-akrab ria dengan bertegur sapa dan mengirim makanan. Walopun antar rumah dipisahkan oleh tembok setinggi dua sampe tiga meter. Tapi ada sih satu tetangga yang tertutup, kalu nyewa rent to kill asal ajah, dengan kata lain ga ada kata “permisiii, mau ngebauin para tetangga sama pembasmi nyamuk or serangga nih”…no words deh. Tapi, teuteubbb..ga masalah dengan kami sekeluarga.

Sekarang? Aawww…liat deh, betapa hanya gambar-gambar yang penuh dengan nilai seni yang bisa berbicara bagaimana perilaku tetangga saya sekarang, yang tega memperkosa halaman rumah saya,…sebuah keluarga yg cuek beybehhh. Kalu saja halaman bisa ngomong (tulung Mi,…gombalnya bau apek nih…!!) sayang halaman ga bisa ngomong.

(saya teh motretnya dibalik jendela kamar tidur saya...)


Bagi saya pribadi juga abi, ga masalah banget kalu mereka bilang-bilang, kulonuwun, sampurasun, punteunnn ato permisi deh sopannya yeuh. Ini kadang, saya yang lagi utak atik diruang kerja kaget karena ada kesrek-kesrek dihalaman samping. Saya mikir, wah ada maling kesiangan nih!...ternyata, ada seorang pria yang tidak mengenakan sehelai benang kain pun dibadannya…(masih pake celanaaa lagiii), dan dia sedang antengnya menggelar ‘bakulannya’ dihalaman samping rumah kontrakkan saya ini. Saya yang melihat, ngelus dada aja, ngomel sedikit sih, tapi saya pikir cape mulut saya ngebusa juga, mana peduli mereka.

Entah deh, tentunya memang ada tetangga yang seperti sodara sendiri, yang seperti pernah saya denger sejak kecil dahulu kala. Dan jenis tetangga saya kali ini mungkin jenis lain, yang mereka melebihi tetangga-tetangga saya sebelumnya. Atau, yah seudzon saya aja, mereka pikir saya dan keluarga ga punya hak bahkan taring secuil pun untuk marah atau sebel, karena kami cuman kontraktor ko' aliyas cuman salah satu keluarga yang silih berganti mengontrak rumah ini.


Akhirnya kami sekeluarga hanya bisa bersabar, dan berusaha ga seudzon, toh ga lama lagi kami pindah kerumah yang bukan kontrakkan. Yukkkk…!!!

Tuesday, January 09, 2007

Tugas seorang ibu adalah...



Lagi musim ulangan akhir semester nih buat anak-anak. Euleuh, ga kebayang, anak saya yang dulunya masih suka ditimang-timang udah mule berkutat dengan buku-buku untuk UASnya. Sebagai ibu (yang baru menuju) yang baik, saya harus telaten mendampingi sulung saya Jihad mantengin pelajarannya, dan menciptakan suasana biar ga bosen.

Seperti biasa, setelah pada kenyang makan malam dan mule kumpul-kumpul, Jihad kasak kusuk nyari buku PKPns. Saya liatin ajah deh dia mule ngebongkar lokernya. Akhirnya dengan senyum yang tersungging dia nyante jalan kearah saya, terus “kita belajar PKPnS ya Mi”…”Ok deh!”…jadi deh, Jihad baca-baca sambil cengar cengir, becanda, ketawa-ketiwi sambil terus nerusin bacaannya. Abi yang dari tadi ngebecanda’in, tertarik nih pengen ngetes Jihad, then…

Abi : “A’ dites sama abi ya? Tapi A’a ga boleh liat buku, kan udah baca”
Jihad : “Iya…Insya Allah”
Abi : “Coba sebutkan kegiatan setelah pulang sekolah?”
Jihad : “Bla…bla…bla…”
Abi : “Ok seratus buat A’a. Lalu sebutkan tugas seorang ibu dirumah?”
Jihad : “Emmm…apa ya Mi?”
Ummi : “Ko nanya Ummi, hayuu jawab atuh!”
Jihad : “Tau…tau, tugas ibu dirumah…emmm, membuat kue, membuat kue kering, membuat masakan yang enak”
Abi : *ketawa sambil lirik ummi*
Ummi : *sambil nahan ketawa* “A’a ngeledek ummi yeuh? Maksud abi tugas ibu yang ada dalam buku Nak”
Jihad : “Apa sih bi? Kan ummi adalah seorang ibu, dan ummi biasa ngerjain yang A’a sebut kan?”
Ummi : “#$%$&*^(*^^$##$%&^&%^”

Kalu ade? Lain lagi. Klu saya sedang asyik didapur, ade pasti nyamperin saya, terus :”Hemmm…oweh ade mau!” (Ade mau kueh), atau :”Mi asyak ade!” (Mi, ade masak!).

Ternyata emang bener ya, orang tua adalah contoh dan panutan anak. Dan yang ga kalah penting, anak itu adalah poto copy dari orang tua itu sendiri.

Jadi, waspadalah, waspadalah! Karena setiap gerak tindak tanduk kita sebagai orang tua akan dijadikan cermin bagi sianak sendiri.

Monday, January 08, 2007

Busy Sunday!


TGIF untuk saya adalah akhir pekan yang sibuk! Fiuhhh..
Pemesanan yang mendadak dan pake memohon (belonnn…belon pake menunduk-nunduk gaya shoulin…) seorang ibu pingin dibuatin kue ultah, bentuk bola dan beberapa box bronis. Setelah sedikit berdiskusi, dan *tring* ni mata tiba-tiba nomprok keset lantai pintu dapur. Ihhh…ini mah bukan kebeneran. Alhamdulillah, ide ga perlu jauh-jauh nanya ka kang google. Cukup melirik keset ini. Weitss. Dan inilah hasil dari begadang, sambil berdoa biar ga jelek-2 amat hasilnya. Hiks. Semoga yang mesen puas ya? Have a nice birthday…and looking forward to meet for another request heheheh…(tapi ga pake mendadak lah haee…).
Ada yang mo dibikinin juga, hayu atuh tinggal hubungi saya. Gayaaaa….Huehuehuyyy…

Sunday, January 07, 2007

Yang Roti...yang roti...

Sangatta lagi ujan nih, so sarapan roti yuk! Come to my house and u will get some bread and a cup of milo. Hemmm…it’s wonderfull world…
Roti ini dari resepnya Manfred, isinya ayam suwir yang udah diolah dengan bawang bombay dan teman-temannya, isi yang lain, keju tua, yummyyy…it’s my fave.
Jangan tanya deh, 2 jundi berhasil mengunyah dengan anteng. Nyam…nyam…nyam…


Friday, January 05, 2007

Junior, How Touching and Mission Impossible


TGIF!!! Thank God It’s Friday. Maksudnya, alhamdulillah weekend telah tiba…weekend telah tiba…hore…hore!!! TGIF saya dapatkan dari salah satu percakapan di film yang pernah saya tonton (dan saya lupa judulnya apaan…)

Ngomong-ngomong soal film, pernah nonton film lama yang judulnya “Junior”? actor dan aktrisnya Arnold Schwazenegger dan Emma Thompson. Kalo pada lupa bagaimana ceritanya, saya coba remind lagi deh. Jadi, ceritanya adalah pasangan dokter yang belum dikarunia seorang anak. Sang suami bersama temannya menemukan salah satu penemuan ilmiah, dimana seorang laki-laki bisa hamil, merasakan janin itu tumbuh dan berkembang dalam rahimnya, serta kelak bisa melahirkan dengan cara operasi caesar. Maka diputuskanlah sang suami yang notabenenya seorang dokter, yang pastinya tahu resiko dan dampak-2 yang akan ditanggungnya jika ia memutuskan untuk mengandung sekaligus melahirkan. Dimulailah perjalanan seorang ayah yang hamil, dan dikarantina untuk menjalani program hamil sehat sampai hari ‘h’ datang dimana ia harus melahirkan bayinya. How Touching!

Kenapa bisa saya bilang begitu? Sebenarnya dengan nalar dan pikiran sehat, dijaman sekarang belum ada seorang ilmuwan pun yang bisa mewujudkan hal seperti itu. Mungkin pembenihan atau penanaman dalam rahim bisa saja dilakukan, tapi yang sangat jelas, tidak satu tetes hormon pun yang bisa mendukungnya bukan?. Sangat menyentuhnya justru bukan masalah ada atau tidaknya hormon. Tapi, coba deh dipikir-pikir dengan baik, mana ada seorang lelaki mau bahkan rela dan ikhlas untuk memenuhi ataupun mengambil tanggung jawab seorang wanita untuk hamil, susah payah berjalan, sampe jungkir balik ketika perutnya kontraksi ingin melahirkan. Kalau disuruh memilih, mungkin para suami lebih memilih untuk memelihara para junior ketika sudah tidak bayi lagi, betul begitu? Tapi kalau ternyata ada, saya yang salah dan mohon dimaafkan ya, heheheh…

Filmnya sendiri konyol dan Mission impossible (MI) banget. Seperti halnya ketika saya suka iseng dengan tengilnya berkata “Bi, kalau dikasi kesempatan, mau ga abi seperti ummi, hamil, jalan seperti penguin bahkan harus menghadapi piso-piso tajam diruangan operasi sampe dua kali, mau ga bi?…Abi? blio mah cengengesan aja, dan arti cengengesan yang saya tangkap “ya iyalahhh mi, saya ga berani dan ga mau!”…tapi justru yang keluar dari mulut abi Ummi adalah wanita superhero, wanita yang tabah dan pemberani!!!” wekekekekek…

How touching film junior itu menurut saya ya karena pengorbanan dari sang suami yang rela melakukan MI itu. Walopun itu cuma film, setidaknya para laki-laki, para suami, para bapak-bapak yang udah sempet bahkan mungkin menyempatkan untuk nonton film ini, mengerti dan tau betapa beratnya beban dan tanggung jawab yang harus dipikul oleh seorang wanita selama hamil hingga melahirkan. Jadi semoga tambah sayang dan menghargai ibu, sodara perempuannya dan juga istrinya.

Keep up the good work, Mom!!

Tuesday, January 02, 2007

Riny Handriaty Hanafiah aka Rien=Rino

Suatu pagi ditahun 1996, dialog diruang pendadaran, ujian materi skripsi. Saya dengan make rok hitam (yang bener-bener bikin ribet karena bisa diitung jari kalu make…), sepatu hitam yang berhak 3cm dan sempet jatuh diparkiran, gegara ga biasa make, sakit sih enggak, malunya itu loh!. Diruangan terdiri dari 3 orang dosen penguji (DOJI), 2 orang dosen pembimbing (DOLI) dan saya sendiri, korban yang bakal babak belur dicecer sama pertanyaan-2 seperti ini :

Doli : “Silahkan kepada tim penguji untuk memberi pertanyaan”
Saya: *berdegup kencang ni jantung, takut ada dosen yg iseng ngasi pertanyaan yang ngelantur gitu loh*
Doji : “Ok, sebelum masuk materi skripsi yang anda sudah paparkan, saya ingin bertanya dulu siapa nama lengkap anda?”
Saya: “Riny Handriaty Hanafiah”
Doji : “Apa artinya dan kenapa orang tua anda memberi nama tersebut?”
Saya: *eng ing eng sambil lirik doli, ternyata mereka mengangguk, yang artinya: jawab pertanyaan noh!* “Nama saya adalah perpanduan antara nama ibu dan papah saya. Riny adalah nama ibu, sedangkan Han adalah nama papah, perpaduan nama mereka menandakan bahwa saya adalah harapan dari kasih sayang mereka yang insya Allah tetap lurus dan berbudi pekerti yang baik.”

Sumpe deh! Jawabannya langsung muncul ajah dari otak saya yang penuh dengan teori skripsi. Gimana ga? Laaa…mana nyangka saya bakal dikasi pertanyaan tentang nama. Sedangkan berbulan-bulan saya berkutat dengan penyusunan materi, cari laporan sampai uji coba hipotesa. Tapi, itulah kekuasaan tim Doji, ga dijawab bisa-2 saya ga lulus pendadaran. *sigh*

Jadi, memang bener nama saya Riny Handriaty Hanafiah, lebih tepatnya, nama saya yang asli atau punya saya sendiri adalah “DRIATY”. Dari bayi, saya mengalami yang namanya gonta ganti nama dengan satu alasan. Dari “RINY APRILIA” menjadi “RINY AMBARSARI”, then berubah dan tetap sampe sekarang adalah seperti yang sudah ditanyakan oleh tim DOJI. Alasanya simpel banget, bokap ga mau klu ga ada nama doi dinama saya. Tersanjung saya. Berarti jawaban saya untuk Doji pas kan?

Panggilan untuk saya pun beragam. Kecilnya saya dipanggil “Neng” (sampe sekarang), sama temen-2 bokap “Reni”, temen-2 sekolah suka nulis nama saya dengan “Reenee” ato “Rien”, dan temen-2 kerja saya, dengan mesra suka teriak “RINO!”. Just fine untuk saya. Sah-sah ajah. Kalu sekarang saya lebih fasih nulis dengan “Rien Pratomo”, embel-embel belakang itu nama suami. Dulunya sempet diprotes eyang uti, begini nih “Ko pake pratomo? Harusnya pake Martodihardjo kan?”…waduh, seneng juga eyang uti menyarankan untuk make nama eyang kakung yang juga diturunkan sama anak cucunya, tapi cukup “pratomo” aja, ehem…ehem…matur nuwun mbah uti….
Sedangkan RINO, itu gegara, duluuuu, ketika saya kerja dan berteman dengan hubby, saya diolokin sama temen-2 saya “No, elu tinggal gabung tuh dengan warkop, kan udah ada Indro, jadi Dono Kasino Indro plus Rino!". Hahhhh!!! Soalnya nama hubby Indro Pratomo Martodihardjo. Serba ‘O’, jadi sebaiknya menyesuaikan menjadi Rino, wakakakak…

Jadi, cukup panggil saya Rien, atau Rino. Kedengerannya lebih manis.