R.I.P
Suatu malam, saya menemani Jihad, menyelesaikan kliping untuk tugas PKnPS di sekolah. Gunting sana, gunting sana. Patut sana, patut sini. Saya yang memilih contoh gambar, sedang Jihad menulis deskripsi gambar yang sudah ditempel. Saya yang sedang asyik memilih dan menggunting, tidak menyadari sama sekali kalau Jihad sudah tercenung diam sambil memandang saya. Merasa tidak apa-apa dan biasa saja, saya tetap melanjutkan kegiatan memilih dan menggunting.
Jihad : “Mi, kalau Ummi sudah ga ada, Aa mengerjakan tugas-tugas seperti ini sendirian deh!”
Saya mendongak, kaget…
Ummi : “Maksud Aa teh Ummi meninggal?”
Anak saya itu mengangguk sambil kembali menulis deskripsi klipingnya.
Ummi : “Kalau Mi sudah ga ada, Aa harus bisa mengerjakan sendiri, mandiri ya Nak".
Jihad : “Iya Mi, nanti kalau Mi udah ga ada, Aa do’akan Mi biar Mi masuk syurga” .
Duh,…coba deh! Hati siapa yang ga runtuh, dengar kata-kata anak berumur 6.5 thn ini. Saya peluk dia, saya bisikkan “You are My Jundi!” dan dia pun tersenyum lebar.
Saya tidak menampik, bahwa sayalah orang yang mengakibatkan Jihad berkata seperti itu. Setiap dia ‘agak’ susah untuk diajak tahfidz, atau males-malesan mengambil air wudhu, saya selalu mengatakan...
Belajar untuk kehilangan segala sesuatu didunia ini adalah hal yang paling sulit untuk kita sebagai orang dewasa apalagi untuk anak-anak. Tapi itu harus dijalani, seterjal apapun yang akan dilalui. Egois kah saya? Memang saya merasa egois ketika saya malah tidak mengenalkan hal ini pada mereka. Sangat egoisnya saya, ketika meninggalkan mereka tanpa memberikan bekal apapun. Sangat egois!
Pembelajaran hal ini bukan tanpa awal suatu kejadian. Semua bermula pada tahun 2005, ketika melahirkan Ade Kareem, saya dipaksa untuk belajar akan kehilangan kesayangan kita. Saya hampir merasa dijauhi oleh SANG PEMILIK ketika Ade divonis retina blastoma, kanker mata yang tidak akan menyelamatkan pengidapnya. Saya sempat runtuh, larut dan kecewa, kenapa bukan saya yang mengalaminya. Tapi, memang Allah maha BIsa Berbuat segalanya. Vonis itu dimentahkan dan diganti dengan Fibrioptik yang menyebabkan terhambatnya perkembangan salah satu matanya. Alhamdulillah, bukankah berarti Allah sayang pada saya, dengan memberikan sesuatu yang akan mengingatkan saya pada’NYA. Dari situ saya belajar, saya tidak bisa merengkuh apapun yang saya sayangi untuk selamanya. Karena begitu besarnya perasaan sayang pada mereka, masih begitu besar sayang SANG PEMILIK pada mereka. Lalu, jika ditanya apakah saya akan siap ketika kehilangan mereka? Saya akan jawab “Saya harus siap!!" Lalu, ketika mereka ditanya apakah mereka siap jika kehilangan saya, akan dijawab “Semoga Ummi masuk syurga, we love you Mi” dengan mata dan tatapan yang polos.
Aneh kah apa yang saya terapkan?