Thursday, January 18, 2007

Don't be pretending, Mom!


Karunia dan anugerah yang selalu saya syukuri adalah karena Allah telah memandatkan amanah-NYA kepada saya berupa jundi-jundi. Kedua makhluk Allah itu selalu bisa berhasil mencuri perhatian saya walo sekecil apapun. Bahkan mereka mampu membuat saya selalu berusaha mengerti dan memahami mereka meski seberat apapun jalur yang harus saya tempuh.

Kemampuan saya mengerti dan memahami juga otodidak saya dapatkan. Didukung beberapa literature, baik yang harus saya beli ataupun literature yang berjalan (baca=diskusi dan dapat ilmu dari para orang tua lain). Semakin banyak yang digali semakin banyak keunikan mereka. Semakin banyak ilmu yang saya dapat semakin banyak tantangan yang harus saya alami. Wajar dan sangat normal!

Hal mendasar dalam membimbing mereka adalah mengenalkan siapa SANG PENGUASA HIDUP, mencintai rumah ibadah, mengenalkan sopan santun, dan hal-2 lainnya. Susah-susah gampang dalam penerapannya. Bayangkan saja! Kalu dulu sampe sekarang saya dengan merdekanya mengutak-atik database tanpa pernah dilawan. Sekarang? Yang saya utak-atik bisa bawel, cerewet, berteriak, menangis, mencubit, dan berbagai tingkah yang mereka ciptakan. Sejak dalam kandungan malah sudah saya rasakan mereka akan seperti ini. Sejak kecil juga, mereka saya kenalkan dengan bagaimana harus sigap ketika mendengar adzan. Alhamdulillah yang tak terkira dan tak bertepi, A’a dan ade (yang belum genap 2thn), sudah rapi jali untuk segera berlari-larian kemesjid begitu masuk waktu sholat.

Tapi, kemaren siang, adalah kejadian memilukan bagi diri saya yang fana ini. Waktu mau bobo siang, ade jejeritan dan bertingkah sangat ekspresif, mungkin yang hanya diotaknya maen mulu. Saya yang lagi sleepy karena obat sinus (saya beberapa hari ini terkapar diserang penyakit yang sudah menjadi sahabat saya:(), juga bingung mo diapain ni bocah?

“Endonggg amiiii!!!”
Saya diam seribu bahasa. Cara aman, saya tinggalin ade. Karena, sepertinya ade sudah tau kelemahan saya, yang pasti mau gendong klu liat dia jejeritan. Dan ….Teuteuubbb..
“Endongggg amiiii!!! Endong ade amiiii!!!” (Gendong ade, ummi)
A’a juga berusaha menenangkan ade dengan nasehatin gaya anak kecil. Ade diem sambil manggut-manggut didepan A’a. Tenanggg…pikir saya nih!..Tapi…beberapa menit kemudian…
“Endongggg amiiii!!!”
Watawwww….napa ni bocah yak? Saya dengan gaya mau mencubit, menghampiri paha ade dengan pura-pura mites (hayahhh…apa tuh mites??). Tiba-2, A’a dan ade nangis bareng. Tahhh…jadi koor geura! Yang A’a tersedu sedan, tapi ade tetep pake full volume. Dan, beberapa detik kemudian ade diem terus meluk saya sambil “Unun syusyu ami” (Minum susu, ummi). Ok boy! Sementara saya liat A’a masih diem dengan wajah pilu.

“Kenapa A’? koq ikut nangis?”
“Ga apa Mi”
“Cerita dong ke Mi, kali Mi bisa Bantu”
“A’a sedih, liat Ummi cubit Ade. Ummi ga boleh gitu, kasian Ade” terus nomprok saya sambil nangis.

Ya Allah. Yang Maha Memiliki dan Mengenggam hati saya. Terima kasih. Alhamdulillah. Kau berikan amanah yang tak ternilai buat saya. Saya sekarang yang merasa dicubit sama Allah. Padahal, aslinya tadi saya tuh cuman pura-pura nyubit, tapi salah satu dari mereka ‘keberatan’ akan kepura-pura’an saya.

Ini juga sebagai cermin buat saya. Dari seorang anak kecil yang baru berumur 6.5 tahun itu saya diberi pelajaran. Allah masih sayang sama saya, dan saya tidak patut untuk berpura-pura dalam hal kejelekan (cireumbeuy ayeuna…ada aliran sungai kecil dimata saya…)
"Don't you wish there was a book for Mom that showed her how tobe a perfect parent! Well ... I'm sorry to say ...there isn't one!" - Dale

1 a little note:

Anonymous said...

buhuhuhuhuhu....ikut terharu Rien bacanya:-( Perasa banget ya Aa... Betul ya Rien seperti kata temen saya mendidik dan membesarkan anak itu betul2 seperti "meniti titian serambut dibelah tujuh"!! Sok atuh cerita terus yaaa biar ceuceu juga ikut ngambil hikmahnya :-)