Thursday, March 08, 2007

Pesan Singkat

Saya baru saja menuntaskan buku ‘Ada seseorang dikepalaku yang bukan aku”nya Pak Akmal N.B. (beliau adalah salah satu moderator milist Apsas). Kumpulan fiksi ini bagus, bahasanya yang sastra, settingnya yang bisa membawa imajinasi pembaca untuk bisa berada didalamnya, dan juga banyak misteri yang kadang susah ditebak. Saya menyukai tipe penulisan seperti ini.

Salah satu fiksi yang ada dalam buku ini ada yang membuat saya tertawa dan menebak-nebak akhir ceritanya. Judulnya “Lelaki Gagah”. Ceritanya tentang seorang lelaki yang sudah berkeluarga yang kemudian menghadiri reuni SMA. Hanya pada waktu itu, lelaki ini hadir tanpa membawa sang istri (walaupun diwakilkan oleh anak semata wayangnya). Bisa dibayangkan bagaimana suasa rendezvous ketika hadir dalam reuni itu. Bisa bertemu dengan para emak-emak yang dulunya adalah gadis-gadis yang ranum yang bisa menggetarkannya. Konfliknya sendiri dimulai ketika lelaki ini, menerima sebuah pesan singkat yang sangat romantis dan seolah-olah membawanya kemasa lalu (SMA), dengan sinyal bahwa ia adalah salah satu pengagum dari lelaki ini. dan panggilannya adalah ‘lelaki gagah’. Lelaki ini tambah penasaran tapi jiwa kelelakiannya malah ingin memancing si pengirim itu dengan kata-kata yang so sweet hingga mereka menetapkan janji untuk bertemu ditempat dan waktu yang telah disepakati. Karena, kesempatan ini sangatlah tepat karena istri dari lelaki ini sedang ada diluar kota. Yah, memungkinkan untuk sedikit nostalgia dengan cem-ceman. Akhirnya bertemulah mereka, yang membuat saya terpana dan tertawa. Mengapa tertawa? Endingnya sama sekali saya tidak duga. Semua ‘mungkin si ini’ yang saya pikirkan sebelum sampai pada akhir cerita, sangat jauh dari apa yang ditulis oleh sang penulis.

Saya pernah mengalami ‘pesan singkat’ ini. Waktu itu sekitar pertengahan tahun 2002. suatu pagi yang cerah dikawasan Tembakau Raya, Kalibata. Cerah, secerah hati yang selalu saya niatkan dipagi hari. Ketika itu saya baru mempunyai Jihad, umurnya 2 tahun. Tapi apa nyana, cerahnya hari dibungkam dengan sebuah pesan singkat ke dalam ponsel saya, demikian “I Miss U, Rien”. Saya jengah. Karena jelas saya tahu siapa pengirimnya. Si pengirim sebelumnya memang beberapa minggu yang lalu menanyakan sesuatu yang waktu itu bisa saya jawab. Dan dia mendapatkan nomor ponsel saya dari orang tua saya. Siapa dia? Okey,…dia mantan ‘temen’ saya ketika masa kuliah. Dia juga tahu status saya yang bukan lajang lagi. Anehnya, seperti tanpa beban dia tulis kalimat itu pada saya. Tidak layak dan sangat tidak sopan!

Bagaimana kalau anda yang mengalami hal seperti ini? mungkin sama dengan reaksi saya. Kalau ada yang terpesona atau berdebar-debar, saya sarankan untuk periksa ke dokter specialis kebatinan saja. *bigsmile*. Ketika itu, saya tidak tahu harus berbuat apa dan bagaimana. Yang ada, dada saya sesak oleh lahar kemarahan dan jengkel yang teramat ingin menyembur. Saya marah karena dia tidak bisa menghargai kehidupan saya sekarang, terutama hijab yang saya pakai. Jengkel karena saya justru bingung mau berbuat apa. Akhirnya saya meminta saran sahabat saya seorang murobbi. Dan dengan sikapnya yang sahaja, mengatakan “Ukhty fillah, ini saatnya anti berdakwah, karena saya yakin, dia belum mengerti dan menyadari bahwa anti bukanlah perempuan yang sama dengan perempuan yang ia kenal waktu masih kuliah. Tunjukkan bahwa anti adalah seorang akhwat yang mempunyai hati lembut dan ingin membimbing siapa saja orang yang merasa hilang atau lepas kendali terhadap segala bentuk keinginan dan nafsu dalam dirinya. Saya dukung anti, ini ladang pahala!”

…Subhanallah, dengan kata-kata itu, jiwa saya yang tadi berkobar-kobar ingin marah, jadi teduh seketika. Iya ya, untuk apa saya marah, bukankah saya sedang melatih hati untuk memandang segala sesuatu pasti ada hikmahnya?
Lalu, hal yang saya lakukan setelah itu adalah memberitahu abi mengenai pesan singkat itu, karena saya sangat sangat menghargai arti kejujuran. Dan, …“Itu dakwahmu ya ummi, pastinya dia belum mengerti bagaimana harusnya bertindak atas hatinya. Buatlah ini sebagai tabunganmu kelak. Abi percanteun ka anjeun (Abi percaya kamu-sunda)”. Alhamdulillah, imam saya itu berkata lugas seperti itu, walaupun ada kecemburuan dan jengah dimatanya.

Akhirnya, saya balas pesan singkat itu, dengan beberapa kalimat yang kurang lebihnya seperti ini,
“Maaf, anda seorang suami dan ayah dari seorang istri dan seorang anak. Jika tidak malu pada mereka, malulah pada diri sendiri, karena tidak ada kemajuan dalam hal pemikiran atas kata-kata ‘menghargai orang lain’, atau malulah pada yang menciptakanmu. Orang boleh tidak tahu apa isi kepala dan hati anda, tapi DIA? Setiap niat dan gerakmu pasti akan terekam detail. Kami sudah menganggap antum sekeluarga sebagai teman, jika tidak bisa menghargai saya, tolong hargai imam yang saya pilih yang juga antum kenal”
click send, dan tidak berapa lama datang lagi pesan singkatnya :
“Saya minta maaf kepadamu, juga pada Abi, saya khilap, saya merasa kehilangan. Semoga Allah memaafkan saya”

Singkat, dan tidak pernah saya balas. Tapi percaya atau tidak, sekarang ini kami tinggal dikota yang sama dengan lelaki pengirim pesan itu, dan abi pun bersikap tidak pernah terjadi apa-apa, hingga bisa tetap ramah jika berpapasan.

Hubungannya dengan cerita fiksi yang saya baca yang berjudul ‘lelaki gagah’ itu dengan cerita masa lalu saya apa?

Jelas ada

Lelaki gagah menerima pesan singkat dengan hati berdebar-debar, bertanya-tanya, membayangkan seseorang yang manis telah memanggilnya lelaki gagah. Sedangkan saya, tersenyum-senyum pun tidak, malah meneku-nekuk kulit wajah dengan kepala yang mungkin bisa mengeluarkan asap.
Silahkan menilai sendiri perbedaannya.

Tidak ada satu pun yang lepas dari kata ‘hikmah’, bahkan "rumput liar yang tumbuh disekitar kampus pasti punya arti dan manfaat yang kita belum sadari", salah satu teman saya pernah berucap.

11 a little note:

Nita Fernando said...

Aihhh...pagi2 udah Posting....rajin nya teteh ku satu ini :)

Teh, mau donk ... punya Imam kek Abi....hiks, hiks ... bijaksana banged siy, gag cemburuan ....

EnDah Rezeki said...

ngomong2 pesan singkat jadi inget ..... *aih malu...

Mama Firza said...

ho oh... keiknya dunia tenang yach klo kita juga bisa tenang menghadapi sesuatu..
jadi pengen malu niy ...

pyuriko said...

SIkap mba Rien jg bijaksana, tegas menghadapi pesan singkat dari teman "dekat" dulu... :D


Btw, aku blom sempat ke book fair,.. insya Allah minggu ini... kebetulan Sabtu ini libur, ada acara wisuda, jadi bisa kesana deh... tunggu yaaa Bunda. ^_^

Anonymous said...

Sesaat setelah membaca pesan singkat wajahku pasti memerah tersipu malu, dan tentunya dengan jantung agak berdebar. Manusiawi bukan reaksinya?? Tapi selanjutnya ..ya gak usah diteruskan lagi dong kisahnya lha wong sudah punya imam dan buntut..he.he.he. a nice posting Rien..

Nia said...

Mbak, Nia jg pernah ngalamin hal yg mirip tp bedanya wkt itu Nia blm merit. Gila bgt, next month doi mo nikah msh jg bilang cinta ama Nia en ngajak merit pula. Syebel bgt mbak ama cowok spt itu, blm merit aja udah gak setia.

Anonymous said...

@ nita fernando : ayah pasti bisa bijaksana ko:)

@ :n: : ko malu?

@ mama firza : jgn malu-2 semua dunk!

@ iko : segala puji hanya milik Allah, bunda tunggu ya:)

@ luky : *cipika cipiki*

@ nia : rayuan gombal banget ya,...heheheh...

Anonymous said...

hihihi baca postingan ini jd inget s'org temen yg pernah disms-in kangen ama bosnya dikantor.. puihhh, sama kaya teteh, teteh yg satu itupun mencawab dgn sgt bijaksana.. jd bangga py saudara seperti kalian..

*btw, aku jg pernah teh.. tp smua diserahkeun sm anton.. dan dia berhasil mengingatkan laki2 itu untuk berlaku sopan dengan istrinya.. so sweet*

Anonymous said...

hmm hmm...

kalo nurut aku sih, feeling (flattered, or angry, or whatever) dan how we react, itu dua hal yang berbeda.
merasa sedikit tersanjung itu manusiawi kok. asal reaksi kita tetep sebagaimana mestinya aja...

Ryuta Ando said...

Lembut bahasanya..tapi "ngena banget deh "...Satu lagi nih yg bisa didapet dari postingan ante, belajar lagi..belajar lagi !!

TomInta family said...

Mumpung bisa buka komen...
sy ge pernah dapat pesan singkat seperti itu. Saya pun sedikit bekerut,asa teu pantes we,sama2 sudah berkeluarga. Beda dengan Rien yang bisa merangkai kata sedemikian rupa, saya hanya membalasnya dengan "SALAH SAMBUNG JENDRAL !!!!"
Manehna ngarti oge tah ternyata. da teu sasarina saya begitu soalna hehehe Mun ieu to the point ato detail?? ;)