Monday, March 12, 2007

Home Schooling ala Ummi

Coba bahas tentang Homescholling, Rien!

My dear friend yang sehati (karena apa yang saya ucapkan, dia anggukkan saja tanda setuju, ck..ck..ck.. *bighugs* ) meminta ini.

Sebentar! Mulai darimana ya? Saya bukan pakar loh! Asal nyablak!

Okey,…saya memang memakai kata homeschooling untuk pembelajaran anak-anak saya pra sekolah. Metodenya? Saya ga pakem dengan metode mana saya berkiblat. Otodidak mungkin lebih jelasnya. Satu lagi, adalah dikepala dan otak saya sudah tertanam chip kecil yang bertuliskan “Ummi adalah madrasah bagi anak-anaknya”.

Semua saya awali dengan penanaman nilai-nilai islam lebih dahulu. Mudah kah? Gamsul alias gampang-gampang sulit. Gampang kalau kita bikin gampang dan sulit kalau dibikin njelimet.

Rata-rata anak saya sudah bisa berbicara pada umur 1.5thn (18 bulan). Mulai deh saya ajak mereka mengucapkan dua kalimat syahadat. Jangan anggap sepele! Ini awal gerbang dari pengukuhan jati diri sebagai seorang muslim. Dilanjutkan deengan berbagai macam doa dan ayat-ayat yang pendek dan dipakai setiap waktu, seperti/setelah makan, sebelum/setelah tidur, masuk/keluar kamar mandi, atau lafadz-lafadz bersyukur, mengagungkan asmaNYA. Segala hal harus dimulai dengan berdoa kan? Kemudian kita bisa lihat kepekaanya dengan lingkungan. Apakah mereka bisa empati atau cenderung ekspresif. Lebih gampang mengolah anak yang memang dari kecilnya empati. Kalau ekspresif, gampang juga, lakukan pendekatan psikolog, jangan buru-buru memvonis anak autis. Don’t judge by a cover!

Selanjutnya, tahap-tahap seperti ilmu dimana anak suka mengexplore. Misalnya pada anak-anak berumur dua (2) tahun, memerlukan hanya dua (2) menit untuk menyimak apa yang kita berikan. Setelah itu jangan harap dia akan duduk manis memperhatikan. Dan waktu yang baik untuk merangsang mereka, waktu-waktu dimana otak mereka sangat bisa menerima dengan baik adalah pagi hari, setelah waktu ashar, dan menjelang tidur. Perhatikan, dimana dia sangat antusias. Biasanya ini dipengaruhi bagaimana orang tuanya berkegiatan juga. Misalnya, anak melihat ibu suka membaca, dengan senang hati dia akan berusaha membaca (baca:pura-pura) , atau yang ibunya suka nginet, anak-anak biasanya juga tertarik yang berbau komputer. Satu hal lagi, dibacakan dongeng adalah hal yang anak-anak sukai. Buku-bukunya pun harus sesuai dengan daya tangkap mereka. Jangan berpikir mereka tidak menangkap apa yang kita baca atau ceritakan. Mereka akan menyimpan dalam memori yang nantinya akan keluar dengan penyampaian yang baik.

Contoh (paling kongkrit, bukannya so’ nampilin, tapi yang sudah saya lihat dan buktikan sendiri) anak-anak saya sudah bisa bermain cd interaktif AKAL diusia mereka rata-rata dua (2) tahun. Dari situ bisa belajar huruf, angka, warna bahkan bentuk-bentuk benda. Dikemas sedemikian rupa untuk menarik perhatian anak, dengan tidak meninggalkan sistem bermain. Oyah, baru-baru ini, anak saya terakhir, Kareem, adalah senjata makan tuan bagi saya. Mengajarkan Kareem menggunakan dan mengclick mouse dengan baik, mendrag gambar, hingga senangnya kami ketika ia bisa menggerakkan mouse sesuai perintah. Tapiiii,…sekarang, begitu saya mulai mantengin komputer, dia langsung megang mouse, masukkan cd akal, klik sana klik sini, keluar permainannya, dan dia sangat anteng! Tinggal saya terbengong-bengong, cengak cengok ga jadi nulis.

Lepas dari semua teori dari buku-buku bimbingan, hal penting untuk para orang tua adalah kemauan dan tekad para ibu/ayah untuk percaya bahwa kita pasti bisa melakukannya.

Ada pertanyaan? ##$%^#$%^&$%&$

Bagaimana dengan saya yang selalu bekerja, Mi? hanya punya waktu satu sampai dua jam sebelum tidur bisa berinteraksi dengan anak?

Mom, Bukankah ada sabtu dan minggu yang tidak dipakai kerja? Manfaatkan itu. Kalau pada waktu hari sabtu anak sekolah, cobalah menyisakan waktu untuk mengantar dan menjemput anak. Dalam suasana itu anak akan senang, karena sehari-harinya, ibu sangat sibuk dengan masalah kantor. Oya, jangan pancing anak dengan kata-kata seperti ini “Gimana, bisa ga tadi belajarnya?” setelah ia pulang sekolah. Tapi pancing emosinya dengan “Gimana disekolah tadi? Senang? Having fun sayang?”. Kalau anak menjawab “Wah, saya tadi senang deh…bla…bla…” Selamat! Kita bisa memancing lebih banyak ceritanya tentang sekolah. Begitu juga, ketika si anak menanyakan suatu pertanyaan yang sangat susah dijangkau oleh nalar dan daya pikir kita, jangan pernah bilang “Ibu tidak tahu”, tapi katakanlah “Ibu belum tahu, nanti ibu cari jawabannya ya”. Si anak akan belajar menghargai.

Hal yang paling menonjol dari hasil penerapan HS ini adalah tingkat percaya diri si anak terasah dengan baik, bahkan teramat baik. Ga percaya? Jihad sangat pede sekarang ini dalam hal apa ajah. Apalagi dalam hal ngajak ngobrol sama orang lain, mau itu anak- anak atau orang dewasa. Sepert ini “Oom, koq ga pernah Jihad liat oom ke mesjid untuk sholat, kan laki-laki harus sholat dimesjid”. Tinggal saya cengar cengir dan rebounding alis saya, karena keriting berkerut-kerut memberi tanda pada Jihad biar ngerem kepede-annya ngobrol begitu. *LOL*

Sekali lagi, saya ga punya patokan, atau metode mana yang saya pakai, tapi lebih banyak pada trial and error. Ingatkan untuk menanam chip seperti yang saya tulis diparagraf atas. Penting! Untuk mereview untuk apa kita melakukan ini semua. Karena anak adalah ladang pahala.

*sumber-sumber saya dapat dan terapkan berasal dari beberapa teman saya didunia pendidikan dan psikologi anak. Jazakumullah.

6 a little note:

Nita Fernando said...

Teh, makasih atas sharing nya ttg Homeschooling ini. Semoga Nita bisa menerapkan yg terbaik yg Nita bisa buat Fyto nanti .... Nita sangat setuju kalimat "Ibu adalah madrasah pertaman bagi anak" :)

OOT : pagi2 dah nge-net, gag direcokin Ziyad lagi? hehehe .... pesenan hari ini banyak gag?

Anonymous said...

ade hari ini umi bs ngeblog, ga digangguin ya?? hehehehe.. teh makasih ya ilmunyaa..

Shinta Octaviani said...

Makasih sharing ilmu-nya... Jadi dpt bekal kalo suatu hari nanti Allah menitipkan jundi-Nya sama saya :)

pyuriko said...

Bisa di share ke kakak ipar lagi nih,... biar nantinya di rumah adan sekolah utk si kecil,... tidak hanya bersekolah di sekolahan umum....

Anonymous said...

wah kapan2 harus jadi pembicara nih bareng kak seto :D

Rey said...

tengkyu mbak... berguna banget nih kalo aku punya anak ntar :D
Jazakillah yaa... :D