Saturday, March 03, 2007

His name's Arlen Ara Guci

Beberapa hari ini, saya sedang mencari-cari mood untuk menulis. Tidak tahu kenapa, tidak seperti biasanya, saya lagi error dengan kata ‘menyentuh’ dan ‘tersentuh’. Mungkin wajar sekali, karena rutinitas saya yang kembali menumpuk sebagai readacholic dan home baker. Harus bisa lelap, ketika jam sudah menunjukkan jam tiga dini hari. Dan dengan ikhlas bangun lagi ketika panggilan Illahi bertalu-talu. Tapi, hal seperti ini, bukan jadi halangan untuk saya tetap melek pada semua tulisan yang saya baca, dan juga sekedar menyapa teman-teman saya yang dengan semangat menyambangi rumah saya ini. Terimakasih.

Beberapa hari ini, saya dikejutkan oleh sebuah add request dari IM saya. Tertulis nama ‘Arlen Ara Guci’ pada contact detailnya. Hahhh!!! Kenapa saya keget? Karena sekali lagi saya ingat ketika saya diinvite oleh MRA beberapa waktu lalu, kali ini pun seorang penulis yang saya kenal tulisannya yang bagus pada majalah SABILI beberapa tahun lalu, dengan rendah hati mau meminta saya untuk memasukkan namanya pada daftar teman-teman yang bisa saya ajak ngobrol atau diskusi di YM. Ya! Allen (dia meminta saya memanggil dengan nama itu) adalah seorang penulis yang sudah menghasilkan delapan (8) buah buku.

Tahu nama Allen juga dari sebuah majalah yang memang saya konsumsi setiap terbitnya. Sebenarnya, ingin membaca cerpen Allen juga karena namanya yang unik bagi saya. Oke, Arlen jamak, tapi Ara Guci? “mungkin emak sy waktu ngandung suka sambil ngelus perut bayangin guci mlulu.........” jawabannya ketika saya katakan namanya unik. Terlepas dari uniknya nama Allen, saya suka dengan tulisannya yang ‘agak’ berat tapi membuat kita terus ingin membaca. Sempat juga, saya merasa saya tidak mumpuni untuk melahap tulisannya, tapi seringnya interaksi dengan karyanya, saya seperti melihat bagaimana pengarangnya. Juga saya katakan padanya, banyak yang tidak tahu siapa Arlen karena kalah booming dengan pengarang lain (misalnya yang dikatakan neng ini). Allen pun tetap rendah hati dengan mengatakan akan KO jika dibandingkan dengan nama itu. Seperti petinju saja ya?

Bagaimana pengarangnya? Sederhana, tapi penyemangat. Ini yang saya temukan, dari awal kami berkomunikasi, sebelum dia sendiri memberikan beberapa prolog dari bukunya Surat dari tepi barat. Salah satu prolog dari ketua FLP, Mbak Helvy,* “karya-karya Arlen seperti dirinya: sederhana dan senantiasa menyemangati. Sesungguhnya, sangat tidak mudah menjadi penulis yang berhasil di negeri penuh pengarang ini, tapi saya yakin buku perdana ini akan menjadi langkah awal kesuksesan Arlen sebagai pengarang”.* Bagi saya pribadi, dia bukan hanya sosok yang sederhana dan penyemangat, tapi juga sosok yang low profile. Bagaimana tidak saya katakan begitu, karena dengan rela dan ikhlasnya dia mau menyapa, diskusi, dan bahkan ketawa-ketiwi dengan seorang yang ‘belum apa-apa’ seperti saya. Bahkan ketika saya meminta ijin untuk menulis perkenalan saya dengannya, dia malah bilang “duh sy jadi melompat2 di depan komputer neh”. Padahal saya mungkin yang bisa dikatakan melompat-lompat karena bisa diskusi dengan penulis sekelas Allen (tapi tidak jadi lompat-lompatnya, karena saya sadar saya bukan kelinci).

Tidak banyak saya bisa tulis tentang kehidupan Allen, selain dia orang Sumatera, berumur 25+5, sekarang bermukim di Selangor , telah mempunyai seorang istri (cute Len!), sedang menulis novel dengan setting Malaysia, dan sekali lagi orang yang selalu memberi semangat (tetap semangat!!!).

Memaparkan cerita ini selain menambah publikasi Allen tambah ngetop juga (smile Allen…) karena ada nuansa ‘tersentuh’ dalam jiwa saya. Karena seperti saya katakan, saya akan menulis jika ada ’menyentuh’ dan ‘tersentuh’. Jazakallah ya akhi for the touching and being my friend.

* dikutip dari cover Surat dari Tepi Barat by Arlen Ara Guci

9 a little note:

Anonymous said...

Salam kenal, mabk Rien :)

Para penulis memang mengagumkan. Mereka "menyentuh" hati kita dengan goresan pena, menuntun kita mencari dan menggali kebenaran. Kadang menggugah kita dalam heroisme, membangunkan kita dengan idealisme (halah!Kok sok nyastra?Hihi).

Baca tulisan mbak Rien, bikin inget ketika dulu bertemu dengan seorang penulis ternama di Indonesia...dan dia mengenal saya yang bukan siapa2. Duh, senangnya! :P

Ryuta Ando said...

Jadi pengen baca-baca buku lagi..padahal saya selama ini kurang suka baca. Ante Rien..saya sepertinya mulai tertular nih ingin membaca buku. Thank u... banyak manfaat yang bisa saya petik setiap menyambangi blog ini.

Nita Fernando said...

Teh, jadi malu niy ... ketauan gag gaul ... soalnya gag kenal ma Allen :P

Tapi nama nya beneran lutju ya? apa ya arti nya?

Anonymous said...

@ dilla : bener La, mrk low profile, dan "menyentuhnya" g cm lwt pena, tp lwt sapa'an..ck..ck...

@ ryu's mom : seneng bisa nularin 'gemar membaca'...alhamdulillah

@ nita : nenggg...jgn malu:), Allen sendiri ga tau artinya:))

Nia said...

Mbak Nia juga gak tau Arlen (blm pernah bc karyanya). so far, srgnya bc buku teh Pipiet Senja ama mbak Helvy. Mbak Rien anggota FLP?? Klo Nia anggota FLP Singapore :)

Rey said...

mbak, kok aku jadi deg2an ya mbacanya, kayaknya aku yg ngobrol ama si pengarang terkenal itu. Duhhh buat aku mbak Rien aja udah hebat, gimana pengarang2 yang lain yaa?

Anonymous said...

Aku membayangkan..One day ..aku sedang ditoko buku dan memegang sebuah buku dan dengan bangganya bercerita kepada temanku ...Aku mengenal dg baik dan sering bertukar pikiran dengan penulis ini..aku ngikuti tulisannya sejak dia menulis di Blognya "Welcome to My Sweet Home". Mudah mudahan mimpiku menjadi kenyataan. Amin

Harum Bunga said...

Assalamu 'alaikum

Wah, asyik ya diajak diskusi sama Pak Arlen. Pasti kakak Rien sekarang bertambah ilmunya.

Boleh saya minta suntikan semangat yang kakak dapat dari beliau? :-)

Wassalam.

voice said...

benar ..... Arlen seorang yang luar biasa.... sangat baik hati.... saat pertama kali bertemu dgnnya saya tak menyedari dirinnya seorang nama besar di arena tulis-menulis....

Sekarang baru saya ingin mengambil tahu tentang dirinya.... rupanya sangat luar biasa.....