Thursday, December 07, 2006

Jujur, Salah! Ga Jujur? Apalagi...

“Ukhty, aq sedih …nikah lagi!”
“Khusnuzdon aja, kenapa mesti sedih? Mungkin inilah tujuan menyempurnakan kecintaan beliau pada Allah”
“aq ga suudzon ko! Tapi salah kali ya? Selama ini aq simpati pada blio, harusnya empati”
“Sedih itu naluri, tapi kan tidak perlu dibarengi kemarahan”
“Tega amat dia, liat tuh istrinya, tabah sekali, walopun dengan mata yg berlinang, gw udah ga ngaji lagi sama ustadz ukh, nanti kejadian, mending sendiri ajah, yang penting lurus-lurus ajah, menurut anti gimana?”
“Itu semua ada yang ngatur, ujian karena Allah sayang sama kita, kenapa mesti ribut? Semuanya juga halal ko, kan istrinya mengijinkan, lagian itu ada di Al qur’an ukh”
“Ohhh…anti juga ga masalah dengan ini? Wah anti ko jadi begitu, ga bisa dong kita didua’in!”
“Ukhty, tadi anti nanya pendapat saya, seperti itulah pemikiran saya, memang kita merasa belum siap, tapi klu Allah berkehendak lain, apa kita bisa menolak hukumNYA?”

Fenomena poligami yang terjadi akhir2 ini, menyeret saya pada perbincangan diatas bersama seorang akhwat. Dan itulah akhir dari pembicaraan kami, sodara saya itu, tidak terima dengan jawaban saya yang kesannya mendukung seorang tokoh agama yg akhir-2 ini ribut dibicarakan. Bener kan? Jujur, salah! Ga jujur? Apalagi… Seperti yang terjadi dengan sosok yang telah mengaku melakukan poligami tersebut diceuceur, bahkan presiden turut campur tangan dengan merevisi UU Perkawinan. Sebenernya fenomena itu sendiri ada dalam pemikiran orang-2 yang tidak menghargai kejujuran itu sendiri. Kita masih saja menyoroti kehidupan orang lain dan tidak membiarkan kehidupan orang lain berjalan damai tanpa mengusik langkah mereka. Kesannya apa saya memang membela sang tokoh? Bukan! Saya bukan membelanya, tapi saya membela kebenaran dibalik semua ini. Dan saya berusaha untuk jujur. Lebih mencintai Allah dibanding makhluk ciptaanNYA lebih penting dari segalanya. Maka dari itu bukankah selama ini kita diharuskan untuk tidak mencintai terlalu berlebihan pada makhluk atau benda-2 yang ga kekal sifatnya, karena jika kita kehilangan, kita akan sakit sekali.

Terlepas dari segala pro dan kontra, saya hanya berusaha jujur (sekali lagi!).

Mengutip kata-kata bijak:
“Setiap manusia akan diuji pada sesuatu yang dicintai, entah itu orang tua, saudara, kekasih, buah hati, karena semua itu hanya semu, yang nantinya semua akan kembali kepada Sang PEMILIK”

0 a little note: