Monday, December 11, 2006

Autumn in Lembah

Pertama kali saya melihat autumn atau musim gugur ketika saya menonton film “Autumn in New York” . Itu sekitar tahun 2002. Film yang dibintangi Winona Ryder dan Richard Gere itu sangat menyentuh hati saya. Sampai-sampai saya berkali-kali nonton film tersebut. Tapi bukan berarti saya harus memutar film tersebut berkali-kali juga. Kebetulan channel dimana film itu diputar menayangkannya berkali-kali. Tapi saya ga merasa bosen, walaupun akhir dari cerita itu sudah saya ketahui. Kenapa bisa saya begitu suka ya? Cerita romantis? Mungkin. Jalan ceritanya yang menyentuh? Mungkin. Aktris dan aktornya yang pandai membawakan perannya? Mungkin. Kemungkinan-kemungkinan yang sebenarnya tepat sekali. Satu alasan lain adalah karena saya kagum melihat musim gugur dalam film tersebut. Aduh…itu musim gugur yang indah sekali. Walalupun saya belum pernah melihat langsung, tapi saya seperti bisa merasakannya langsung. Suasananya, bunyi daun-daun yang mulai berjatuhan, atau bahkan suara daun-daun yang diinjak atau dijalani oleh pejalan kaki. Dan yang penting dari itu adalah tumbuhnya daun yang baru yang siap merindangi kembali tubuh si pohon.


Musim gugur itu baru-baru ini juga saya alami. Dikomplek lembah tempat tinggal saya. Tepat didepan rumah saya. Kok bisa? Saya jadi tersenyum-senyum sendiri. Didepan rumah kontrakan saya sekarang ini, ada sebuah pohon mangga yang akhir-akhir ini berbuahnya lebat sekali. Hingga buah-buahnya menggelantung mendekati tanah. Jadi hampir 2 bulan ini kami panen mangga, yang rasanya jangan ditanya deh. Manis banget. Bahkan yang belum matang juga suka dipetik untuk dibuat rujak, dan ga ada asem-asemnya deh. Setelah jumlah buah-buah mendekati sedikit, baru terasa melelahkan ketika harus membersihkan halaman depan, tepatnya dibawah pohon mangga itu, banyak sekali daun-daun yang sudah menguning jatuh bertemu dengan tanah. Setiap pagi dan sore ga bosennya untuk disapu, dan suaranya itu yang membuat saya teringat musim gugur. Ternyata saya tidak perlu jauh-jauh ke New York untuk merasakan musim gugur yang membuat saya jatuh cinta. Cukup didepan rumah kontrakan saya yang mungil ini. Walaupun daun-daunnya tidak semarak warna dan jumlahnya seperti yang terlihat disini.


Membayangkan musim daun-daun gugur didepan rumah saya ini, saya jadi terharu juga sedih, karena mungkin kali ini terakhir saya bisa menikmati musim gugur dilembah. Karena sebentar lagi, kami akan pindah kerumah kami yang baru. Saya jadi berpikir, apakah saya harus menanam pohon mangga didepan rumah saya yang baru nanti ya? Hemmm…


Jadi bukan autumn in lembah lagi, tapi autumn in panorama. Sesuai dengan nama komplek yang akan kami tempati nanti.


We’ll see…

0 a little note: