Tuesday, November 06, 2007

Cinta Itu Ada yang Punya

Jangan katakan engkau patah hati…
Jika belum pernah mengenal cinta-NYA…


Tidak ingin sebenarnya membahas masalah cinta atau kepatahannya yang tidak berkesudahan, jika masalahnya ada pada diri kita sendiri. Rasanya bagi saya hanya akan menambah luka yang serasa terus diperciki buliran garam. Pedih! Tapi, jika terus dipendam, bukan tidak mungkin akan membuat hati yang patah menjadi putus asa, memendam rasa yang tak sampai, mengakibatkan kotornya hati yang memang harus selalu bersih.

Saya pun pernah jatuh cinta. Walau yang kata eyang titiek puspa ‘berjuta rasanya’ tidaklah selamanya bisa saya rasakan. Jatuh cinta bagi saya adalah suatu unsur ketertarikan seseorang yang sangat abstrak. Hingga, terkadang sangat abstraknya saya menganggapnya biasa saja. Jika demikian, bila saya bisa menganggapnya biasa, lalu pastinya sangat langka untuk menemukan saya patah hati, atau layu karena cinta tak terbalas? Yup! Memang langka. Seingat saya, hanya satu hari saya habiskan untuk menangis karena dilukai oleh sifat ke’playboy'an seorang cowoq pada masa SMU. Hanya satu hari, setelah satu hari itu, saya bisa melupakannya dan ‘aku baik-baik sajaaa’ (pake irama RATU), kemudian membingkainya sebagai memori keterpurukan iman saya.

Begitu gampang? Susahnya untuk dilakukan…

Cinta memang begitu dahsyatnya hingga bisa membuat seorang gadis terus-terusan menangis setiap kali melihat pujaan hatinya berlalu begitu saja didepannya, setelah mengungkapkan kata putus. Atau merananya seorang lelaki yang ditinggal gadis pujaan hatinya, menikah dengan pria lain, pilihan hatinya. Atau membuat layu seluruh taman bunga yang ada dalam hati seorang perempuan. Begitu layunya, hingga selalu mencoba menyiramnya agar bisa mekar lagi. Gak bisa terima kenyataan?

Cinta memang menakjubkan, hingga tidak pernah mengenal satu golongan pun untuk disandari olehnya. Dikalangan ikhwah pun gak lepas dari terjangan kata ‘cinta’ atau ‘patah hati’. Seorang gadis yang biasa mengenakan kerudung, memakai gamis, ikut tarbiyah, baru-baru ini mengeluhkan betapa hatinya serasa nyilu diiris sembilu. Bertemu dengan saya pun selalu dalam keadaan mata yang beungeb (lebam kata sunda teh!), wajah yang kuyu, senyumnya ketika dulu masih akrab dengan seorang lelaki udah hilang bersama putusnya tali ‘ta’aruf’ mereka. Gadis ini sangat memelihara rasa sakit hatinya, hingga walopun udah jelas ditinggal sang pujaan, tapi masih saja ngotot untuk terus mengenangnya. Maka setiap kali dia datang, selalu saya berikan senyuman yang paling mesra, sambil nyanyi;
...Hatiku hancur mengenang dikau...
...berkeping-keping jadinya…
Secepat kilat senyum dan tawanya merekah bak bunga matahari. Manis banget! Tapi gak lama mendung lagi, dan hujan deras menyiram basah kedua pipinya.

Neng, setiap perjumpaan pastilah ada perpisahan. Setiap ada bahagia pastilah ada duka. Tapi bukan berarti hidupmu harus berhenti, harus stuck tanpa ada prestasi. Kenapa justru untuk seorang lelaki yang tidak mampu menjaga hatimu, harus kamu tangisi? Jelas-jelas dia telah mengkhianatimu, memberikan janji palsu, merobek segala harga dirimu. Masih ingin ditangisi? Apa dia terlalu baik? Itu dulu. Tau gak? Kenapa dalam islam, tidak ada pacaran? Ya seperti ini akibatnya, futur neng! Jangan khawatir deh! Jodohmu sudah tertulis jelas pada diary hidupmu yang sudah dikeep sama Allah. Kenapa masih ngotot ingin bersama lelaki yang telah berani menyelewengkan aqidah?”

Umm…masih inget sama lagunya Celine Dion yang judulnya “My Heart will go on”?. Saya inget banget, semasa masih dalam status ‘sendiri’, seorang lelaki mengatakan, "perempuan kok gampang banget ya melupakan kisah manisnya sama pria? Coba deh dengerin lagunya celine, my heart will go on, ada baitnya yang bikin temenku pada marah loh, gini nih, …and you here in my heart and my heart will go on, tuh kan sadis banget." Saya waktu itu senyum-senyum saja, dikatakan sebelas duabelas (baca=sama) dengan lagu itu. Lalu apa yang salah dengan salah satu bait lagu itu? Emang mesti gitu kan? Orang yang udah pergi, gak perlu ditangisi sepanjang hayat. Orang yang sudah pergi dan gak akan kembali, untuk apa dinanti? Apalagi secara nyata tidak memilih kita, nyata tidak ingin bersama kita. Buang waktu!

Ketika cinta mulai terasa, seharusnya ada saling menguatkan akan kemurnian cinta itu sendiri. Kemurnian dari Dzat yang telah memilih kita untuk merasakannya. Cinta bukan berarti harus diumbar secara berlebihan. Cinta bukan berarti bisa menghalalkan segala cara untuk diraih. Cinta itu suci, hingga penempatannya pun tidak akan pernah salah. Namun, jika pada kenyataannya cinta diibaratkan sebuah kanker yang ganas dan bisa membuat mati pemiliknya, itu hanya karena terbatasnya kemampuan diri untuk menata letak, dimana seharusnya cinta berada.

Cintaku hanya 3% untukmu…
Sisanya adalah kesiapanku untuk menerima kodratku jika bukan takdirmu…
Dan…aku pun tidak akan patah hati olehnya…
Karena, masih ada cinta yang siap aku berikan seutuhnya…
Kepada si Pemilik Cinta…

Kamu (ya kamu!), si pemilik 3%, terima kasih telah bersedia mengarungi takdirku bersama kodratmu hingga detik ini...
ps: para akhwat, laa tahzan...be strong!

10 a little note:

JualannyaSaya said...

baca isi postingnya, dalam banget maknanya
saya pernah mendengar bahwa cinta kita hanya untuk-Nya

tapi bukan berarti kita gak cinta ma pasangan kita atau ma keluarga kita...

Toko Fiara said...

yupii bener banget Teh.. udah ninggalin, nyakitin, ngibulin eh masih ditangisin? ogah deehh... hihi..
kalo kita jadiin Allah diatas segalanya inshaallah semua berasa ringan.. ;)

salma said...

Menurutku rasa cinta yg dimiliki seseorang sesuai umur dimana tahap pembelajaran mengenal, memberi & menerima cinta.
Makin banyak dia menerima cinta, makin sakit bila kehilangan cinta.

Sesuai dengan umur juga kita sadar, betapa besar cinta Allah pada kita dan kita memberi cinta kepadaNya sering ragu-ragu, ironis.
Makin berumur dan makin banyak cobaan dan ujian makin teballah cinta kita KepadaNya (kebanyakn begitu).

Setuju, beri & terima 3%... biar kalo cinta itu pergi sakitnya gak bertubi².

Anonymous said...

Kata Utha Likumahuwa: "Beri 1/2 saja cintamu...."
Kalimat yang terakhir itu ukh...
dalem banget (ngutip kata2nya lifebyyourhand)
3% ya...tapi 3% yang bermutu ya buat keluarga...

david santos said...

Please!
Send an email to the Brazil embassy your country and report the injustice that the brazilian courts are making with this girl
Release on Flavia’s accident and status of the process.
======================================

The resignation is to stop the evolution.

Ryuta Ando said...

Alhamduliilah sayab blom pernah ngalamin patah hati, mudah-mudahan jangan sampe ngerasain hal yang kayak gitu...Insya allah

Kadar cinta yang cuma 3% lumayan bikin kita sedih juga klo kehilangan, tapi mungkin sedikit lebih mudah untuk dilupakan.

Anonymous said...

Cinta yang sempurna datang hanya dari Allah SWT,

Waktu jaman "Jahiliah" ku, cowok2 datang dan pergi patah hati , nangis bombay, males makan, dll pernah dingerasain, sekarang punya anak perempuan, hati2 harus ngejaga hatinya dengan doa dan aqidah:)

Anonymous said...

@ lifebyyourhand : ya cinta, cuman kadar terbesar adalah cinta pada yg menciptakan anak dan pasangan kita itu kan? :)

@ neli : insyaAllah :)

@ salma : makin byk menerima cinta mkin bijaksana dalam menjaga hati, setuju ?:)

@ nin : eh anti suka utha toh? kok aku br tau lagu itu? yg mana tuh...xixixix

@ ryu's mom : sedih itu lumrah cuman jgn didramatisir kali ya...

@ um ibrahim : mumpung masih ada umur, minta maaf yakhti sama cowoq-2 itu, hehehe...*guyon intinya serius;)*

Nita Fernando said...

Hwaaa ... jd inget jaman dulu, pernah ngerasain sakit hati, ga bisa dibohongin sakit hati itu perih, :D

Sekarang? setuju banged ma teteh, cukup 3% ... sisa nya udah ada yg punya, lagian klo segala nya dilakukan atas nama cinta kepada Allah, akan terasa lebih ikhlas dan ringan :-)

Teh, tulisannya baguuuuuusssss banged, boleh ga klo Nita pake buat support temen2 yg msh terjebak ma "patah hati" ???

Rey said...

don't worry, I'll be strong... (halah...). Jadi inget aku pernah menangisi 3 laki2, weitss byk amat...

Pertama, mantan bos aku wkt balik ke negaranya. Dia ni musuh besar aku bgt. Selama 3 taun aku berusaha adaptasi ama dia, dan akhirnya berhasil :).

Kedua, saat berpisah dgn guru fotografi aku. Dikala aku kesulitan cari guru, ehhh Allah mengirim dia, pakar fotografi yg byk bgt ksh ilmu & support ke aku, padahal aku kan bkn sapa2, duhh aku terharu banget.

Ketiga, aku menangisi Haikal, seorang sobat yang berpulang di usia muda. Aku ingin selalu inget dia, biar selalu inget kematian yg bs dtg kpn saja.

Sori mbak jadi cerita bukannya komen, hehe :D