Wednesday, May 02, 2007

Pahlawan (benar-benar) tanpa tanda jasa

Terpujilah…
Wahai engkau…
Ibu bapak guru…
Namamu akan selalu hidup …
Dalam sanubariku…
…la…la…teruskan sendiri…

Hymne Guru, diciptakan Sartono.

Hari ini di Indonesia adalah hari pendidikan. Saya ingat sekali, hari ini pada waktu puluhan tahun, ketika masih duduk dibangku sekolah. Dimana-mana sejak jauh-jauh hari, sudah dipersiapkan berbagai macam kegiatan untuk menyambut hari ini. Biasanya yang paling ngga ditinggal adalah upacara peringatannya, dengan lengkap menyanyikan hymne guru ini. Syahduuu banget. Dan lagu ini adalah salah satu lagu yang saya sukai. Entah kenapa, ada perasaan sendu mendengar atau menyanyikan lagu itu. Dan cepet hapal aja dengan lyricnya.

Senang dan sangat menyukai lagunya, ternyata bukan hal yang bisa membuat dada plong, ketika tadi pagi, pada salah satu televisi swasta, ditayangkan profil pencipta lagu ini. Pak Sartono. Beliau adalah seorang guru (juga) SMP yang telah mengabdikan separuh umurnya untuk pendidikan, tidak pernah sedikit pun mendapat royalty atau apalah yang bisa menghargai lagu hasil karyanya ini. Walaupun ada satu hal yang sangat menghibur dirinya, adalah pemberian sepeda motor yang dihadiahkan kepadanya (saya lupa oleh menteri atau siapa) pada masa pensiun ini. Dari gambaran ini, yang bikin saya tambah pengen nangis (cengeng amat yak!?) adalah beliau telah menjalani masa mengajar dan tidak bisa dikatakan pensiun. Kenapa coba? Karena kita semua tahu pensiun berarti tidak bekerja atau habisnya masa produktif seseorang dalam suatu instansi atau lembaga dengan diberikannya tunjangan selama hidupnya (itu yang saya tahu). Tapi ini tidak berlaku bagi pak Sartono. Karena selama beliau mengajar tidak pernah diangkat menjadi guru tetap atau pun PNS, alias guru tidak tetap -atau honor namanya pada jaman sekarang. Jadi tidak mungkin uang pensiun akan mengalir!

Beginilah dunia pendidikan dipandang sebelah mata. Orang-orang yang berkecimpung didalamnya pun hanya dapat berteriak dan menjerit dalam hati. Lalu pasti ada yang bergumam “kenapa juga mau aja dengan honor dan jabatan yang tidak tetapi masih aja ngajar? Kan udah tahu rugi?”. Sempit! Sesempitnya dunia yang memuat orang-orang untuk berpikir seperti ini. Bagi saya, ilmu itu tetap harus mengalir selama kita masih diberi kepercayaan untuk mendekap ruh kita. Dimana pun itu! Ketika seorang Sartono tetap ngeyel mengajar tanpa diangkat menjadi pegawai tetap atau PNS, dapat dibayangkan apa yang ada dihatinya. Beliau mengajar demi ilmu yang harus ia berikan pada anak didiknya, agar kelak bisa membuka mata dunia akan hal-hal sepele seperti ini. Lalu kenapa juga sekarang membongkar hal seperti ini? Kenapa tidak ikhlas saja dengan keadaan ini? Kalau tidak terangkat ke permukaan, mana bisa Indonesia maju pesat diatas landasan yang dulu pernah disiapkan pada jaman orde baru! Dan ikhlas bukan berarti membiarkan hal sewenang-wenang ini terjadi lagi pada generasi guru-guru baru yang akan terus bergulir.

Guru juga termasuk buruh yang teraniaya oleh ketidak-adilan system perundang-undangan yang diatur oleh yang berwenang. Ketidak-seimbangan apa-apa yang harus mereka dapatkan dari pengorbanan waktu dan tenaga mereka untuk memajukan pikiran dan otak generasi muda.

Okey…okey…lalu bagaimana dengan guru-guru yang banyak kita ketahui dari media telah melakukan hal-hal yang tidak senonoh kepada anak muridnya? Guru yang kasar, bisa menampar, memukul, menendang anak muridnya. Bahkan bisa berlaku lebih sadis! Inilah yang dibilang ketidak-seimbangan yang dapat mengakibatkan ketidak-mampuan ruh mengikat nafsu kufur. Bahasa sulit! Okey, mudahnya, jenis guru seperti ini cukup diberi bintang tanda jasa didalam penjara deh.

Jadi, kita sebagai generasi yang mau dianggap berhati nurani haruslah bisa menyikapi hal ini lebih arif. Paling tidak dalam lingkungan kecil sekitar kita dulu. Misalnya kepada guru anak kita yang walaupun sekarang masih ada di play group. Memberikan sedikit rasa asih kita pada mereka, dalam bentuk apapun.

Eumm…Bisa ngomong gini emang sudah melaksanakannya? Alhamdulillah, saya mencoba berusaha untuk bertanggung-jawab pada apa yang saya tulis. Dan ngga mau lah saya dikatakan omdo. Its mean Omong Doang.

Hormatilah mereka yang mempunyai pekerjaan sebagai guru, mau itu guru lukis, guru masak, guru menari, whatever. Karena ilmu yang ktita dapatkan melalui perantara mereka. Ga bisa dipungkiri apapun yang akan dipaparkan.

Saya juga guru. Bagi anak-anak saya dan orang yang mau berguru dengan sedikit ilmu cetek saya. *smile*

Terima kasih guru, semoga hidayah dan rahmat Allah selalu tercurah padamu, guru.

16 a little note:

Nia said...

Guru, bener-bener pahlawan tanpa tanda jasa ya mbak. Tp klo Nia liat di sini, guru termasuk terjamin lho hingga pensiun kelak.

salma said...

Maaf beribu maaf kalo saya salah... maaf sebelumnya bun..
Dahulu emang guru msh pantas diberi gelar 'pahlawan tanpa tanda jasa'
tapi pd jaman skg guru yang bisa dibilang menjalankan perannya bs dibilang sedikit.
Contoh terdekat yg saya liat n alami, guru 'hanya' memberi nilai bagus sama murid² yg ikut les sama dia, sementara yg les di luar walaupun jawaban sama benar dgn murid yg ikut les dia, hasilnya lebih tinggi murid yg les di dia.
Banyak guru mengharap 'sesuatu' tanda mata dari ortu waktu th kenaikan kelas.
Kalau aku bilang guru skg 'mata duitan' (maaf). Mungkin karena pahlawan tanpa tanda jasa itulah dia mencari 'tanda jasa' yg lain.
Mudah²an ini cm terjadi di sekolah anakku aja. Aku yakin emang ga semua guru begitu, n harap maklum, guru juga manusia.

Maaf jadi curhat gini ya, and maaf kalo komennya kayak postingan (puanjang), maaf.. maaf (kek bu maaf aja sih)

pyuriko said...

Selamat Hari Pendidikan Nasional... Semoga kedepannya, dunia pendidikan kita bisa lebih maju lagi, dengan adanya sekolah2 gratis bagi para orang2 yang tak mampu....

Guru, terima kasih.
Atas jasamulah, aku bisa membaca dan menulis... dan megenal dunia ini.... ^_^

Anonymous said...

@ nia : itulah nasib guru diindo, gimana mau maju ?

@ salma : ga munafik, saya suka mendengar hal ini, ini bukankah make hukum sebab akibat? karena mereka merasa tidak dihargai dgn layak, maka siapa yg mau byr tinggi ilmu mrk itulah yg istimewa, bener, guru jg manusia :)

@ pyuriko : amin :) semoga kedepannya wawasan kita tmbah maju ya de ;)

Nita Fernando said...

Kakak ku seorang guru SD, Kakak Ipar ku juga ... dan Alhamdulillah mereka gag pernah pilih kasih ma murid ... walopun ikut les ato tidak ... Les diadakan oleh mereka juga atas persetujuan dari pihak sekolah, selain untuk bimbingan juga untuk cari biaya tambahan ... dan tau gag? ada juga temen kakak ku selain jadi guru juga ngojek anak murid nya sendiri ... sekali lagi karena, gaji guru "belum" mencukupi biaya hidup mereka ...

Toko Fiara said...

oh Guru... jadi inget eyang ku 2-2nya guru... melase tenan.. tapi guru2 dulu masih *bisa* idealis, lah sekarang? gaji wis dikerokotin zaman..

Anonymous said...

@ nita : wah, semangat sekali neng satu ini, yakin, saya yakin koq, guru adalah istimewa, jiwa mereka aja ditempa dengan ketidak adilan, semoga mereka istiqomah

@ neli : lhaa..duit cukup buat bayar ini itu, buat makan ya nyari tambahan, nelangsa toh? ada loh guru jadi pemulung :(

NiLA Obsidian said...

bagaimana pun GURU adalah org yg kudu di GUGU dan diTIRU, tp memang ada oknum2 yg mencemarkan citra guru sendiri meski masih banyak juga yg kurang mendapat fasilitas sesuai dg pengorbana mereka....

bener pisan ceu Rien.....mulai aja dr diri sendiri dulu utk menghormati para guru

Nunik said...

guru memang istimewa mbak Rien :).. Untuk lingkungan DKI Jakarta aku rasa kesejahteraan mereka sudah sangat diperhatikan oleh Pemda Jakarta. SEkarang ini mereka udh dapet kesra loh. Gag tauk deh kalo statusnya masih guru honorer :D. Miris ya mbak ngeliat kehidupannya Pak Sartono. BEnar2 pahlawan tanpa tanda jasa. Hmm.. jadi inget guru aku duluw.. aku dapet nilai bagus n dapet ranking bukan karena tanda mata dan mereka benar2 menginginkan anak didiknya lebih pinter dari mereka :)

Anonymous said...

@ nila obsidian : istilahnya nih nila setitik rusak susu sebelanga...kok nila? ganti noktah deh...jadi mulai diri sendiri dulu, bener kan?

@ nunik : memang istimewa:) klu dijkt ada kesra, itulah ketidak seimbangan dengan yg didaerah, terbukti pak sartono ini dari madiun, honorer sampe selese jabatannya...jadi klu ada yg nakal, ya bukan guru kali ya, tp penjahat bertampang guru :)

Amalia said...

Alhamdulilah... sampai sekrg klo ingat sama guru2ku mulai dr Sd, SMP, SMA... kenangan baik2 yg aku ingat, biar kata ada yg 'killer' juga, tapi aku kan slalu jadi anak emasnya ...hehehe..

Buat aku, Guru memang Pahlawan Tanpa Tanda Jasa...

PS.: kmren aku nonton juga profil pa Sartono di r**i...subhanallah... Beliau itu betul2 guru tanpa apmrih...

Anonymous said...

Jadi inget dulu sebelum les dapat nilai 6 pas udah les dapat 8 (ieu mah emang belet meureun baheula nya hihii)

baru tau yang nasib pak sartono..ya ampunnn sedihhhh...senasib sama pak Sartono masih honorer...

ga pernah masak lagi teh rien? di Daber maksudnya..hehehe

Ophi tea

Anonymous said...

@ amalia : da killernya ga kerasa soale anak emas, xixixi, ari nu sanes "uhhh killerrr luhhh"...nonton ya, bener kan? meni kasian...:(

@ ophi : biasanya klu udah les lebih fokus, selalu kejadian spt itu, kyqnya emang lebih enakeun les krn muridnya sedikit, ophi teh senasib sm pak sartono? honorernya meni jauh ka jerman? ;))
harrr disentil deuih ku pawang Daber hihihihi...

pyuriko said...

Bunda... kemana yaa SB na, koq menghilang :D met wiken yaa Bunda...

Anonymous said...

well, sbenernya klo emang ngerasa jd guru atow pengajar gak ada penghargaannya 'n akhirnya cuman jd akibat yg buruk dr krgnya penghargaan td...ya jgn milih utk kerja jd guru atow pengajar. krn guru atow pengajar yg sbenar2nya tuh kluar dr dlm hati kok...emang mendedikasikan dirinya utk mengajar. jd guru atow pengajar itu kan bkn ajang balas dendam.

dosen pembimbing tugas akhirku wkt kuliah, salah satu contoh pengajar yg sbenar2nya pengajar. titel blio hanya Ir. dibandingkan dgn pengajar2 lain yg bertitel MT or even PhD. knp? krn blio lbh memilih utk tetap tinggal 'n mengajar murid2nya disaat kolega2nya tdk ada di tempat krn skolah lg 'n bkutat dgn tugas2 mrk. blio adl. dosen yg paling jarang absen dibandingkan dosen2 lain yg py byk proyek sampingan...shg saat dosen2 lain bmobil merci, bmw atow 'minimal' toyota corolla, blio msh tetap dgn VW kodoknya. blio jg dosen yg tdk pernah ngeberatin murid2nya dgn beban ujian yg bikin murid2nya susah lulus 'n musti ngulang bertaun2 or even sampe hrs menghadap utk minta kelulusan.

simply, itu contoh guru atow pengajar yg seharusnya. sperti qta ibu2 ini...toh gak ada critanya qta 'mutung' utk mengajar anak2 qta, walopun qta gak dibayar utk itu. jd hukum sebab akibat itu gak kan blaku utk jiwa2 pengajar yg sbenarnya.

walaaah, sori ya Rien...jd pjg lebar gini. sori jg klo ada yg gak bkenan...it's just my humble opinion. posting resep lg duuunk *halah, teu nyambung* hihihi...

Anonymous said...

@ ria : wah saya sih seneng ada yg bertentangan seperti ini. bukan bertentangan tp lebih membuka pandangan lain...ga ada yg ga berkenan Ri, malah suka, setidaknya seperti itulah yg ingin kita harapkan dari pr guru, cuma tuntutan hidup, kadang lebih memepetkan seorang guru ke untuk mencari peluang agar survive. sebab akibat lebih kpd kondisi
kehidupan yg semakin menjepit

hihih..ieu emaknya Daber nu nowel...siap mom!