Monday, May 07, 2007

Jenuh

If you go back in time
To the place in your mind
To the one who knew
A part of you
That you just couldn’t find…

David foster – when she dance


Saya type yang suka dengan mengenang hal yang indah dan mengesankan ketika kejenuhan tiba-tiba nomprok. Saya kan juga manusia, yang jenuh pasti ada. Walaupun bisa dikatakan kegiatan saya berputar pada dunia yang saya ciptakan dengan kebahagiaan yang –selalu- saya usahakan selalu ada.

Suatu hari, saya sedang berbincang-bincang dengan salah satu teman yang sejak awal kami ngobrol, insting saya mengatakan, dia menyembunyikan sesuatu. Sebut saja dia U. Dia adalah teman yang bisa saya ajak berdialog mengenai dunia penulisan yang kami sama-sama miliki. Kami bisa sama-sama memberi masukkan, dan juga bisa sama-sama mengkritik. Satu hal lagi, kami sama-sama menjaga tidak adanya interaksi mengenai bagaimana keluarganya, atau bla…bla…karena sudah disepakati tidak ada urusan privacy yang bisa dicolek dari kedua belah pihak.

Hingga, satu waktu, ditengah perbincangan kami, dia berbicara “mbak, bisa memberikan tausiyah buat saya? saya sedang jenuh!”. Dan tada! Seolah-olah saya langsung bisa melihat bagaimana dia selama ini dan apa yang membuatnya jenuh. Saya langsung menebak, dimana titik jenuhnya. Dia akhirnya jujur, bahwa selama ini dia harus berbohong pada semua orang, termasuk saya, karena dia jenuh pada status dan keadaannya sekarang. Mengalir lagi cerita darinya, bahwa ini dorongan karena teman-temannya terus mendesak, mengintimidasi, dan lain sebagainya. Dan tentunya aliran pernyataan ini diiringi permintaan maaf dia. Karena akhirnya dia mengaku dia seperti tersihir pada setiap kalimat saya, hingga dia bersikeras ingin jujur pada saya (saya seperti tukang sihir yak?).

Saya hargai kemauan U untuk berterus terang. Karena saya sadar bukan hal gampang buat dia untuk mengakui semuanya. Tapi (ada tapinya), saya kurang sreg bahkan cenderung tidak suka adalah U tidak jujur karena jenuh. Alasan yang sangat tidak bisa saya terima adalah, tidak jujurnya. Kenapa sih jenuh lalu berbohong? Bukankah ada riwayat, Ada seorang wanita yang datang pada Aisyah. Aisyah memuji wanita itu sebagai ahli ibadah yang luar biasa, karena saking tekunnya ia menyediakan tongkat untuk berpegangan jika ia sudah tidak kuat berdiri ketika sholat. Ketika hal itu disampaikan pada Nabi saw. Nabi bersabda : Jangan berlebihan, Allah itu tidak akan jenuh hingga engkau jenuh. Dari sini kita bisa mengambil kesimpulan, bahwa Allah seperti prasangka hambanya (itu kenapa diharuskan untuk positive thinking), dan tidak menyukai hal yang berlebihan, makanya untuk apa berbohong jika merasa demikian? Sangat berlebihan jika harus tidak jujur.

Ketidak-sregan saya bertambah ketika U mengatakan kebohongannya juga agar perbincangan dengannya lebih seru saja. Darimana U bisa melihat serunya? Saya ungkapkan dengan tanpa dibuat manis, bahwa kesia-siaan yang akan dia peroleh jika menganggap dosa kecil ini adalah bumbu dalam perbincangan/dialog/whatever.

Bagaimana saya jika sedang jenuh? Saya akan sedikit berpaling dari hal yang membuat saya jenuh. Sedikit membenahi dan siap untuk kembali lagi. Atau bisa sedikit membuat tantangan yang sekiranya dapat membuat saya lebih bergairah untuk melakukannya. So simple? Yup, so simple!

Jenuh bukan alasan untuk kita memupuk kesia-siaan bukan?

14 a little note:

Toko Fiara said...

jenuh oh jenuh... kenapa dikau selalu menghampiri? hehe...
sebenernya tergantung pribadi mba kl masalah jujur...;)
kalo yang cuek bisa dengan kecuekannya menggambarkan si jenuh..:D

salma said...

semua org akan mengalami kejenuhan, tinggal gimana kita menyikapinya kali ya..
kalo aku jenuh akan sesuatu ya ganti aja sama yg lain, tapi susah ya kalo yg jenuh pikiran... walaupun diganti mikir tora tetep aja ga bs berpaling hiks

btw kabar baik kan bun?

Anonymous said...

@ neli : berarti klu suka ga jujur, pribadinya bermasalah ya?;)), cuek welah sama jenuh ya...

@ salma : bener! klu pikiran jenuh, direfresh itu lebih baik, drpd mengganti...kabar saya baik saja:)

wku said...

Mbak rien, saya disihir juga donk... biar gak pernah ketemu si jenuh ini lagi... :)

Nita Fernando said...

Teh, saya kalo jenuh, obat nya main ma Anak, ato tidur :) Insya Allah bangun udah gag jenuh lagi ....

Klo saya kangen ma Teh Rien, saya nelp, hehehe .... *gag nyambung.com*

Mudah2an diantara kita, Nita bisa selalu jujur ya ..... :)

Iya, teteh seperti tukang sihir, buktinya saya kangen terus ma teteh, hehehe ....

Anonymous said...

Wah kasihan sekali ya, kalau mesti tidak jujur aka berbohong hanya karena jenuh akan status dan keadaannya sekarang. Bukannya justru akan muncul perasaan tidak nyaman.

Kalo saya pribadi lebih menikmati perasaan "tentram" pada saat orang lain telah mengetahui keadaan diri saya apa adanya.

Eh tapi betulkan saya sudah menjadi orang yang jujur? (tidak berani menjawab)

Anonymous said...

@ wkurniawan : bismillah, pasti tidak akan jenuh:)

@ nita fernando : insya Allah, jika jujur hub.silaturahim ttp terjaga, duh...emang sy udah spt tukang sihir..xixixix...

@ luky : bener...tapi mengakuinya sudah dikatakan memulai sesuatu yg baik:)

Nia said...

Jenuh..jenuh.. kadang datang di kala qta mencapai titik kebosanan akan rutinitas sehari-hari. Kalo udah jenuh mending cari kegiatan baru biar fresh :)

Anonymous said...

abdi mah biasana mun jenuh soj janten produktif beberes bumi. dari kamar, kamar mandi sampe dapur janten kinclong hihihi. bundatiara.

NiLA Obsidian said...

Rien.....setuju...jenuh itu manusiawi, tapi bukan berarti pembenaran utk ketidak jujuran...

semoga segera menyadari arti kejujuran sesungguhnya ya.....

pyuriko said...

Manut Mba Nia... mungkin krn rutinitas yang itu2, membuat kejenuhan semakin tinggi. Obatnya, jadi kegiatan baru... refresing,... menenangkan diri.

Nanti fresh lg deh...

Anonymous said...

Penulis yang tidak membodohi pembaca memang seperti "tukang sihir".

http://muhshodiq.wordpress.com/2007/05/11/penulis-yang-tidak-membodohi-pembaca/

Anonymous said...

@ nia & pyuriko : refresh yuk! biar jujur dalam segala hal :)

@ bundatiara : atuh ari jenuh mangga atuh kabumina abdi, pasti kinclong ku anjeun :x

@ nila obsidian : bener, kejujuran itu manis tapi pahit jika tidak segera diungkapkan

@ M. Shodiq Mustika : Jazakallah khairan, subhanallah saya tersanjung nih pak :)

Anonymous said...

Wah, sedih juga baca cerita ini. Memang, kadang seseorang bila ingin meraih sesuatu yang diharapkannya -tapi belum juga tercapai- ditambah keadaan sekeliling yg terus-menerus mengintimindasinya, pasti "menumbukan bibit baru" agar ia berbohong. Alasannya klise sekali, "saya jenuh!" Manusia mana yang tak jenuh kalau dibegitukan melulu?

Kalau dari awal sudah jujur bisa jadi kepercayaan Mbak Rien terhadap U bertambah besar, iya nggak? Tidak bisa kita tolelir juga sih sikapnya itu. Seberat apapun masalah yg sedang dihadapi U -menurut saya- tetap saja kita tak boleh menggadaikan sifat terpuji kita utk menutupi status kita dari masalah itu. Paham kan, pembaca, maksud saya?

Kalau memang U butuh penyemangat, bilang saja.

Saya pernah merasa jenuh, suntuk, dan bosan. Saya minum obat setiap hari selama enam bulan lebih, duduk diam di rumah. Jenuh juga, kan? Padahal biasanya saya suka kumpul dengan teman-teman juga atau jalan-jalan walau jarang. Walaupun berat sekali utk mengatakan dan mengakui bahwa,"saya ini seorang gadis rumahan" tapi sekuat tenaga saya katakan juga. Maaf, saya tak bermaksud untuk pamer atau sombong.

Saya cuma ingin memberitahu bahwa seberat apapun itu kita tetap harus memberitahukan yg sebenarnya demi kebaikan diri kita juga, terutama kepada orang yg ingin kita jadikan orang kepercayaan.

Wallahu a'lam bishshawab. Mohon maaf kalau ada salah-salah kata, ya?