Monday, April 07, 2008

Ulang Tahun: Bertambah atau Berkurang?


Pernah dilempar telur, tepung terigu dan juga air? Malahan airnya bukan air biasa, melainkan air comberan atau selokan? Atau jika tidak pernah merasakannya, apakah kamu pernah melihat kejadian itu? Saya pernah melihatnya. Siang hari, di dekat pasar, ditengah orang banyak, seorang gadis mengenakan seragam biru putih tak berdaya ‘dianiaya’ oleh teman-temannya –yang juga mengenakan seragam yang sama. Tapi, sebentar…sepertinya gadis itu malah menyeringai atau lebih tepatnya tersenyum bangga. Beberapa orang temannya yang lain -yang kebetulan lewat, namun tidak ikut melemparinya, berhenti, tertawa, kemudian meneriakkan; ‘Ulang tahun ni yeee, selamat ya!” Oh ternyata, hari itu merupakan hari ulang tahunnya, dan acara membubuhi beberapa jenis bahan untuk membuat kue itu pun menjadi kesan yang mungkin tak terlupakan baginya kelak.

Ulang tahun bagi kebanyakan manusia adalah kesempatan untuk mendapatkan ucapan selamat, kado, tak urung juga simpati. Pada saat itu, perasaan senang akan bertambahnya umur biasanya akan di wujudkan dengan cara mentraktir teman terdekat (walau dengan cara sedikit memaksa orang tua untuk menyiapkan dananya), membuat syukuran kecil-kecilan, bahkan sampai menyelenggarakan pesta yang mewah. Potret sebagai manusia yang sukses pun menjadi tolok ukur besar atau tidaknya orang-orang yang diundang. Pada cara berpakaian mereka, hingga semakin kecilnya kado yang mereka persembahkan. Dilain pihak, kita pun tidak menutup mata, ketika masih ada segelintir orang menyambut ulang tahunnya dengan biasa saja. Melewati hari tanpa ada yang spesial. Mungkin pikir mereka, ‘dirayakan atau tidak, toh, tanggal kelahiranku ini akan berlalu.’

Seperti apa sebenarnya hakikat ulang tahun tersebut? Jelas, setiap tahun berganti, maka tanggal dimana kita dilahirkan akan kita lewati juga. Otomatis usia kita beranjak satu langkah dari sebelumnya. Banyak harapan ketika hal itu terjadi, banyak doa yang teruntai demi mengiringi hari-hari yang bukannya bertambah ringan bagi manusia. Seperti halnya seorang anak bayi, ketika umurnya semakin bertambah, semakin meningkat pula kepandaian dan pengetahuannya dalam bergerak serta berpikir. Dari hanya bergulingan, akhirnya merangkak, berjalan dan berlari. Demikianlah hakikat sebenarnya. Semakin bertambah dalam hitungan angka, semakin bertambah pula kepandaian kita dalam menyikapi kehidupan.

Pada kenyataannya, justru hal ini dianggap omong-omong saja. Hanya sebagai pengantar doa sebelum perayaan dimulai. Hanya kalimat-kalimat sakral, perlu di’amin’in lalu menguap bersama gelak tawa dalam pesta.

Mari kita lihat, setelah sehari, seminggu, sebulan, bahkan hampir setahun lagi melewati momen ulang tahun itu, apakah kita telah berbeda, menjadi lebih baik dari tahun kemaren? Apakah ada sesuatu yang berharga dan bermanfaat daripada melempar sebuah telur, sekantung terigu atau pesta? Sayangnya, perihal seperti inilah kerap kita lalaikan. Kerap kita anggap sepele. Sepertinya cocok saja kita selalu berada pada barisan paling depan sekelompok orang-orang yang merugi jika hanya ikut-ikutan merayakan, tanpa mau menilik lagi kebelakang, menjadikan bahan untuk selalu bisa mawas diri.

Ulang tahun akan selalu berulang, itu sudah pasti! Angka pada deretan usia akan selalu bertambah satu, itu pun sudah jelas pasti. Langkah selanjutnya justru kita harus bisa memastikan bahwa kita tidak akan mau kalah dengan prilaku balita yang akan bertambah ‘bisa’ seiring bertambahnya usia. Tak perlu ada pesta, atau perayaan yang menghabiskan dana besar jika hanya sekedar membingkainya dalam kenangan, bukan? Merenung, bahwa hidup kita semakin dikurangin jatah untuk bernafas, menelaah segala perbuatan, bertekad tidak mengulangi yang tidak senonoh, memperbaiki kualitas hidup, itulah sebagian yang harus kita jalani. Siapa yang mampu menduga, ulang tahunmu kali ini, merupakan ulang tahun yang terakhir kalinya?

Bukan hal aneh, jika usia itu tetap hanyalah angka, namun secara pasti belum bisa dijadikan sebuah acuan dewasa atau bermartabatkah kita. Masih banyak orang-orang yang berumur ‘banyak’, tapi bermental baik dengan ukuran ‘sedikit’. Menyedihkan bukan? Padahal ulang tahun selalu berulang, ia menyapa kita untuk bisa kita sikapi lebih seimbang. Ulang tahun selalu dinanti, tapi bukan sebagai kaca pembesar untuk melihat berapa banyak kesalahan maupun kebaikan yang telah kita lakukan. Ulang tahun sebenarnya penanda, pengingat, bahwa jalan yang kita tempuh semakin mendekati titk akhir.

Saya, kamu, kita, setiap makhluk yang bernyawa akan berulang kali melewati ulang tahun, setiap tahun hingga akhir hayat. Bertambah usia apakah berarti bertambah matang, bertambah kebaikan atau malah berkurang? Dan mampukah kita melewatinya dengan baik? Itu yang sepatutnya harus kita usahakan. Semoga.


Dimuat di bulletin FLP, edisi April 2008
Dipersembahkan untuk siapa saja, insan yang berulang tahun di bulan ini.
Selamat Milad utk FLP Sengata, juga met milad untuk beberapa pengurusnya.
Dengan cinta, mari bersama, bergegas mengukir peradaban

7 a little note:

Anonymous said...

prasaan ILANG tahun deh teh....

met milad juga buat teteh (ngucapinnya duluan :P )semoga usianya berkah dan semakin disayang abi dan anak2...sukses ya teh!!!

Anonymous said...

Salaam,

Moga anti dengan bertambahnya tahun, bertambah pula berkah dan kebajikan, Insya'Allah...
btw: sekarang tepung dan telur sudah mahal...mikir 14x kalo mau "ngerjain" orang ;)

Rey said...

makasih mbak, ulang taunku dah lewat bulan lalu (haha GR).
Mbak Rien ultah ya? semoga umur, rizki dan rumah tangganya barokah :D

Waktu SMA, ada temen laki2 yang ultah dan bukan lagi dilemparin telur ato air comberan, melainkan sekalian aja diceburin ke got besar didepan sekolah, paraaahhh...

Ryuta Ando said...

Teh Rien ultah ya? Happy milad..

Semoga di usia teteh "semakin" bermanfaat buat orang banyak. Insya allah...

Paams said...

duh.. jadi 'kesentuh' hatinya.. ulang tahun menambah + mengurangi umur.. hehe :p
makin bertambah umur mmang seharusnya makin dewasa..
tapi orang yang kelewat umur alias yang lansia makin lama bakal balik ke awal -jadi seperti bayi. iya tidak? tapi dengan segudang asam garam kehidupan :)

Anonymous said...

Semoga hari-hari setelah ulang tahun ini menjadi hari-hari yang penuh barokah dan manfaat, lebih dari hari-hari sebelumnya ya, Mba

Btw, buku Jangan Jadi Perempuan Cengengnya jadi bikin penasaran. Tapi dicari di sini (palembang)belum ada, Mbak. Boleh minta dikirim plus tanda tangan penulis? *wink wink* Hihihi

Anonymous said...

Ukhty... Meskipun tolak ukur sebuah perhatian sesungguhnya tidak diukur dari ingat tidaknya kita pada hari lahir seseorang yang kita sayangi.... tapi aku tetap ingin memberitahu bahwa aku mengingat hari lahirmu itu saat aku lihat angka 7 di kalender bulan April.... aku ingat.... Kalo aku baru mengungkapkannya sekarang bukan karena aku tak perhatian padamu... aku hanya menundanya saja... Tapi sekali lagi, ketahuilah... aku tetap mengingatnya... Happy milad ya...