Wednesday, January 16, 2008

Seorang Teman atau Sahabat....

Seperti apa teman bagimu?

Teman bagi saya adalah penyemangat hidup yang bisa membakar bara kehidupan dalam diri saya. Terkadang bisa memompa keinginan saya yang sudah sekian lama dibenam pada rutinitas tiada henti.

Teman bagi saya adalah suatu energi. Walau hanya berbicara dalam jendela jarak dan waktu berbeda, namun ajaibnya, terkadang tatapan kami tidak ada perbedaan sama sekali. Jika pun ada, kami seakan bisa menampiknya, dan bisa berpikir bahwa itu sifat lumrah, pasti dimiliki oleh setiap manusia.

Seperti apa sahabat bagimu?

Apa perbedaan teman dan sahabat? Kemampuan saya untuk membedakannya masih pada rank D, samar-samar dalam menguraikan perbedaannya. Ada yang mengatakan, teman adalah sebatas seorang yang bisa ber ‘say hello’, tanpa ada pembicaraan yang dalam. Kalau pun ada, hanya kulit luar tentang aktivitas masing-masing, dan mengenai perasaan, tidak akan begitu bermain. Lalu sahabat? Semakin dalam dan jauh dibanding dari arti seorang teman. Ada kerinduan ketika salah satu tidak mengirim kabar, ada keinginan berbagi, walau hanya canda dan celotehan tanpa arti, yang penting bisa menumpahkan curahan yang berasal dari hati. Kadar percakapan pun tidak main-main. Dari masalah kecil hingga masalah yang menyangkut kerahasiaan. Hanya pada sahabat itu bisa dilakukan.

Lalu apakah bisa, dari seorang sahabat menjadi teman?

Perpindahan status ini bisa disebabkan beberapa faktor. Ketidak-nyamanan, tidak bisa menyimpan rahasia salah satu dari mereka, atau semakin bertambahnya aktivitas diantara mereka, hingga semakin enggan untuk memberikan setumpuk isi hati. Namun, apakah bisa berpindah? Rasanya musykil. Mungkin yang bisa terjadi adalah naiknya predikat dari seorang teman menjadi sahabat. Tapi apa sih yang tidak mungkin didunia ini?

Seringkah seorang curhat padamu?


Seorang pembangkit ‘ghiroh’ saya mengatakan, “Mbak ini ember curhat!”. Jadi tidak usahlah saya katakan, sering atau tidaknya seorang mempercayakan saya sebagai tempatnya dalam berbagi. Semakin seorang mau dan tidak sungkan mengenal saya, kebanyakan dari mereka secara spontan, bisa dan rela membagi kisah mereka. Kerap hadir pada sebuah pesan singkat, mereka memerlukan saya untuk berbagi. Seperti pada postingan ukhti terkasih, bahwa mengatasi masalah dengan masalah, itulah pointnya. Tau artinya?

Lalu dengan siapa kamu akan curhat?

Setiap kali ada yang datang dan curhat pada saya, seketika permasalahan saya sirna. Bukan karena saya jadi lupa apa beban sedang saya tanggung, tapi karena saya merasa curhat mereka adalah jawaban gundah dalam hati saya. Sesederhana itukah? Ya, sangat sederhana. Sampai-sampai, ada yang mengatakan, “apakah tidak ada gelisah dalam dirimu?”. Gelisah itu manusiawi. Karena tidak dapat menyelesaikan satu pekerjaan saja, bisa membuat saya gelisah. Lagi-lagi, gelisah itu manusiawi. Hanya bagaimana kita mengelolanya. Lalu, dengan siapa saya akan curhat? Memang ada seseorang yang bisa menampung cerita sentimentil saya, atau hanya menerima muntahan kata-kata ketidak PD-an saya. Lagi-lagi, kalau pun tidak bertemu dengannya, saya tidak akan kehilangan pegangan, karena cinta saya cuma milik-NYA.

Jadi, kalau ada seseorang yang curhat, berarti dia tidak bisa curhat dengan DIA?

Siapa bilang? Manusia perlu manusia lain untuk berkomunikasi. Berbicara dengan melibatkan perasaan pun tidak ada ganjaran apapun. Karena itulah salah satu fungsi manusia diciptakan berbeda-beda, untuk saling berkasih sayang, ber’amar ma’ruf nahi munkar’ serta saling mengingatkan untuk tidak lepas dari segala sesuatu yang seharusnya memang harus kita jalani dengan baik. Seorang manusia haruslah bisa menjadi cermin bagi seorang manusia lain. Cermin yang bersih, dan memberikan pantulan yang jernih.

Dan, bisakah kamu gambarkan, perasaanmu terhadap teman atau sahabatmu?

Saya punya cinta. Tidak dapat diukir pada pasir, karena akan hilang tersapu ombak. Tidak mampu ditoreh pada batu, akan terkikis pada derai air yang membasahi. Tidak bisa ditulis dengan beribu liter tinta pada ribuan kertas, akan kusam dan termakan waktu.

Tidak peduli seseorang itu punya predikat teman atau sahabat pada sisi kehidupan saya. Bagi saya, mereka tetap energi yang kerap mencharge kemampuan saya dalam mengelola hati agar tetap mencerahkan dengan cinta.

5 a little note:

Anonymous said...

Huwaaa.... keduluan nih.
Aku juga lagi ngedraft postingan tentang sahabat.
Ah, selalu keduluan anti.... tapi emang selalu sepikiran ya ukh...
Btw, udah lama gak ketemu anti OL nih..

Anonymous said...

Ah...bahagianya yang menjadi teman ukhti,apalagi sahabat...;)

But I am your sister so boleh lebih banyak curhatnya daripada yg teman/sahabat... he...he...

Anonymous said...

teteh...apakah postingan ini karena aku?

Anonymous said...

@ nin : iya ukh, byk draft harus selese, jd ini ta duluin aja ;)), saya ketiban byk amanah ukh, mesti ngumpulin nyawa

@ um ibrahim : yakhti, anti emang my sister, so reach me whenever you want :)

@ andiana : jgn sensi dong An :), ini semua buat teman dan sahabat terkasih :)

Unknown said...

Sahabat , siapapun iya , akan selalu ada di hati