Sunday, January 07, 2007

Yang Roti...yang roti...

Sangatta lagi ujan nih, so sarapan roti yuk! Come to my house and u will get some bread and a cup of milo. Hemmm…it’s wonderfull world…
Roti ini dari resepnya Manfred, isinya ayam suwir yang udah diolah dengan bawang bombay dan teman-temannya, isi yang lain, keju tua, yummyyy…it’s my fave.
Jangan tanya deh, 2 jundi berhasil mengunyah dengan anteng. Nyam…nyam…nyam…


Friday, January 05, 2007

Junior, How Touching and Mission Impossible


TGIF!!! Thank God It’s Friday. Maksudnya, alhamdulillah weekend telah tiba…weekend telah tiba…hore…hore!!! TGIF saya dapatkan dari salah satu percakapan di film yang pernah saya tonton (dan saya lupa judulnya apaan…)

Ngomong-ngomong soal film, pernah nonton film lama yang judulnya “Junior”? actor dan aktrisnya Arnold Schwazenegger dan Emma Thompson. Kalo pada lupa bagaimana ceritanya, saya coba remind lagi deh. Jadi, ceritanya adalah pasangan dokter yang belum dikarunia seorang anak. Sang suami bersama temannya menemukan salah satu penemuan ilmiah, dimana seorang laki-laki bisa hamil, merasakan janin itu tumbuh dan berkembang dalam rahimnya, serta kelak bisa melahirkan dengan cara operasi caesar. Maka diputuskanlah sang suami yang notabenenya seorang dokter, yang pastinya tahu resiko dan dampak-2 yang akan ditanggungnya jika ia memutuskan untuk mengandung sekaligus melahirkan. Dimulailah perjalanan seorang ayah yang hamil, dan dikarantina untuk menjalani program hamil sehat sampai hari ‘h’ datang dimana ia harus melahirkan bayinya. How Touching!

Kenapa bisa saya bilang begitu? Sebenarnya dengan nalar dan pikiran sehat, dijaman sekarang belum ada seorang ilmuwan pun yang bisa mewujudkan hal seperti itu. Mungkin pembenihan atau penanaman dalam rahim bisa saja dilakukan, tapi yang sangat jelas, tidak satu tetes hormon pun yang bisa mendukungnya bukan?. Sangat menyentuhnya justru bukan masalah ada atau tidaknya hormon. Tapi, coba deh dipikir-pikir dengan baik, mana ada seorang lelaki mau bahkan rela dan ikhlas untuk memenuhi ataupun mengambil tanggung jawab seorang wanita untuk hamil, susah payah berjalan, sampe jungkir balik ketika perutnya kontraksi ingin melahirkan. Kalau disuruh memilih, mungkin para suami lebih memilih untuk memelihara para junior ketika sudah tidak bayi lagi, betul begitu? Tapi kalau ternyata ada, saya yang salah dan mohon dimaafkan ya, heheheh…

Filmnya sendiri konyol dan Mission impossible (MI) banget. Seperti halnya ketika saya suka iseng dengan tengilnya berkata “Bi, kalau dikasi kesempatan, mau ga abi seperti ummi, hamil, jalan seperti penguin bahkan harus menghadapi piso-piso tajam diruangan operasi sampe dua kali, mau ga bi?…Abi? blio mah cengengesan aja, dan arti cengengesan yang saya tangkap “ya iyalahhh mi, saya ga berani dan ga mau!”…tapi justru yang keluar dari mulut abi Ummi adalah wanita superhero, wanita yang tabah dan pemberani!!!” wekekekekek…

How touching film junior itu menurut saya ya karena pengorbanan dari sang suami yang rela melakukan MI itu. Walopun itu cuma film, setidaknya para laki-laki, para suami, para bapak-bapak yang udah sempet bahkan mungkin menyempatkan untuk nonton film ini, mengerti dan tau betapa beratnya beban dan tanggung jawab yang harus dipikul oleh seorang wanita selama hamil hingga melahirkan. Jadi semoga tambah sayang dan menghargai ibu, sodara perempuannya dan juga istrinya.

Keep up the good work, Mom!!

Tuesday, January 02, 2007

Riny Handriaty Hanafiah aka Rien=Rino

Suatu pagi ditahun 1996, dialog diruang pendadaran, ujian materi skripsi. Saya dengan make rok hitam (yang bener-bener bikin ribet karena bisa diitung jari kalu make…), sepatu hitam yang berhak 3cm dan sempet jatuh diparkiran, gegara ga biasa make, sakit sih enggak, malunya itu loh!. Diruangan terdiri dari 3 orang dosen penguji (DOJI), 2 orang dosen pembimbing (DOLI) dan saya sendiri, korban yang bakal babak belur dicecer sama pertanyaan-2 seperti ini :

Doli : “Silahkan kepada tim penguji untuk memberi pertanyaan”
Saya: *berdegup kencang ni jantung, takut ada dosen yg iseng ngasi pertanyaan yang ngelantur gitu loh*
Doji : “Ok, sebelum masuk materi skripsi yang anda sudah paparkan, saya ingin bertanya dulu siapa nama lengkap anda?”
Saya: “Riny Handriaty Hanafiah”
Doji : “Apa artinya dan kenapa orang tua anda memberi nama tersebut?”
Saya: *eng ing eng sambil lirik doli, ternyata mereka mengangguk, yang artinya: jawab pertanyaan noh!* “Nama saya adalah perpanduan antara nama ibu dan papah saya. Riny adalah nama ibu, sedangkan Han adalah nama papah, perpaduan nama mereka menandakan bahwa saya adalah harapan dari kasih sayang mereka yang insya Allah tetap lurus dan berbudi pekerti yang baik.”

Sumpe deh! Jawabannya langsung muncul ajah dari otak saya yang penuh dengan teori skripsi. Gimana ga? Laaa…mana nyangka saya bakal dikasi pertanyaan tentang nama. Sedangkan berbulan-bulan saya berkutat dengan penyusunan materi, cari laporan sampai uji coba hipotesa. Tapi, itulah kekuasaan tim Doji, ga dijawab bisa-2 saya ga lulus pendadaran. *sigh*

Jadi, memang bener nama saya Riny Handriaty Hanafiah, lebih tepatnya, nama saya yang asli atau punya saya sendiri adalah “DRIATY”. Dari bayi, saya mengalami yang namanya gonta ganti nama dengan satu alasan. Dari “RINY APRILIA” menjadi “RINY AMBARSARI”, then berubah dan tetap sampe sekarang adalah seperti yang sudah ditanyakan oleh tim DOJI. Alasanya simpel banget, bokap ga mau klu ga ada nama doi dinama saya. Tersanjung saya. Berarti jawaban saya untuk Doji pas kan?

Panggilan untuk saya pun beragam. Kecilnya saya dipanggil “Neng” (sampe sekarang), sama temen-2 bokap “Reni”, temen-2 sekolah suka nulis nama saya dengan “Reenee” ato “Rien”, dan temen-2 kerja saya, dengan mesra suka teriak “RINO!”. Just fine untuk saya. Sah-sah ajah. Kalu sekarang saya lebih fasih nulis dengan “Rien Pratomo”, embel-embel belakang itu nama suami. Dulunya sempet diprotes eyang uti, begini nih “Ko pake pratomo? Harusnya pake Martodihardjo kan?”…waduh, seneng juga eyang uti menyarankan untuk make nama eyang kakung yang juga diturunkan sama anak cucunya, tapi cukup “pratomo” aja, ehem…ehem…matur nuwun mbah uti….
Sedangkan RINO, itu gegara, duluuuu, ketika saya kerja dan berteman dengan hubby, saya diolokin sama temen-2 saya “No, elu tinggal gabung tuh dengan warkop, kan udah ada Indro, jadi Dono Kasino Indro plus Rino!". Hahhhh!!! Soalnya nama hubby Indro Pratomo Martodihardjo. Serba ‘O’, jadi sebaiknya menyesuaikan menjadi Rino, wakakakak…

Jadi, cukup panggil saya Rien, atau Rino. Kedengerannya lebih manis.